Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Tugas MK Teknologi Panen dan Pasca Panen - Teknologi Panen dan Penanganan Pasca Panen Pada Kedelai

Jumat, 09 Maret 2012

Tugas MK Teknologi Panen dan Pasca Panen - Teknologi Panen dan Penanganan Pasca Panen Pada Kedelai

Pemanenan kedelai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (a). dengan cara mencabut, dalam hal ini kondisi atau tekstur tanahnya yaitu ringan dan berpasir. Mecabutnya dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah rontok. Pada dasarnya pemanenan dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena bintil akar yang mengandung rhizobium ikut terbuang. (b). dengan cara memotong, yaitu dengan menggunakan alat yang tajam seperti sabit. Hal ini dilakukan agar proses pemanenan berjalan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan bintil - bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.

Dalam menentukan masa panen kedelai dilakukan berdasarkan : (a). jenis atau varietas kedelai, (b). kenampakan fisik yang secara kasat mata dapat dilihat dengan adanya : daun berwarna kuning dan rontok, batang telah kering, polong kering, berwarna coklat dan pecah. Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan di pagi hari agar keadaan polong tidak pecah – pecah dan pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur. Pemanenan kedelai yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan. Oleh karena itu, penentuan masa panen merupakan salah satu faktor yang penting. Sementara itu dalam penanganan pasca panen kedelai terbagi atas empat tahap yaitu :

Tahap pertama adalah pengeringan brangkasan. Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen langsung dijemur. Proses pengeringan ini dilakukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami dengan meletakkan brangkasan kedelai di atas tikar, anyaman bambu, atau alas plastik, agar terkena sinar matahari secara langsung. Pengeringan dilakukan selama 3 sampai 7 hari bila cuaca bagus. Semua buah kedelai yang masih menempel pada batang diusahakan terkena sinar matahari, agar kedelai kering sempurna. Pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali, hal ini menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan biji terlepas dari polongnya.

Sedangkan biji kedelai yang digunakan untuk benih dijemur secara terpisah. Penjemuran dilakukan sampai kadar air 10% sampai 15% dan biasanya dilakukan pada pagi hari pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Brangkasan kedelai yang baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan. Hal ini untuk mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan para-para, cara ini sangat efektif bila dilaksanakan pada musim penghujan. Para-para tesebut dibuat atau disusun bertingkat, kemudian brangkasan kedelai ditebar merata di atas para-para dan dipanaskan untuk mengurangi kadar air dengan cara membakar sekam di bawah para-para tersebut. Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18 %.
Tahap kedua adalah perontokan. Perontokan bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit polongnya. Perontokan dapat dilakukan dengan cara : (a). memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu / karet ban dalam sepeda/kain untuk menghindarkan terjadinya biji pecah, (b). menggunakan alat mekanis (power thresher) yang biasa digunakan untuk merontokkan padi. Pada waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan baik. Setelah biji terpisah, brangkasan ditumpuk dan disingkirkan.

Tahap ketiga adalah pembersihan biji kedelai. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan juga bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih, mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower. Kemudian biji yang bersih selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnnya 9% sampai 11%.
Tahap keempat adalah pengemasan dan penyimpanan. Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit seperti karung goni atau plastik. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Dengan cara kedelai disimpan di tempat kering dalam karung goni atau plastik. Karung - karung ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 sampai 3 bulan sekali harus dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% sampai 11%. Tempat penyimpanan harus teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Dan biji kedelai yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 sampai 14 %.

Apabila diangkut pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah atau kemasan yang kuat.
Apabila kedelai ingin langsung dijual ke pasar maka, tidak perlu melewati tahap penyimpanan, cukup melakukan pengemasan secara baik dan benar agar kedelai tersebut tidak rusak dalam proses pengirimannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.