Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Laporan Teknik Media Tanam (TP)

Selasa, 15 Maret 2011

Laporan Teknik Media Tanam (TP)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik adalah salah satu cara penanaman atau menumbuhkan tanaman. Tanaman yang umumnya dibudidayakan dengan cara hidroponik adalah tanaman sayur - sayuran, tanaman hias dan beberapa jenis dari tanaman buah-buahan.

Membudidayakan tanaman dengan sistem hidroponik, dalam dunia pertanian bukan merupakan hal yang baru. Namun demikian hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu dengan jelas bagaimana cara melakukan dan apa keuntungannya. Dalam kajian bahasa, Hidroponik berasal dari kata Hydro yang berarti air dan Ponos yang berarti kerja. Jadi, Hidroponik memiliki pengertian secara bebas teknik bercocok tanam dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman, atau dalam pengertian sehari-hari bercocok tanam tanpa tanah. Dari pengertian ini terlihat bahwa munculnya teknik bertanam secara hidroponik diawali oleh semakin tingginya perhatian manusia akan pentingnya kebutuhan pupuk bagi tanaman.

Dimanapun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air yang ada merupakan pelarut unsur hara (nutrisi), untuk kemudian bisa diserap tanamanan. Dari pola pikir inilah yang akhirnya melahirkan teknik bertanam dengan hidroponik, dimana yang ditekankan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi (hara).

1.2 Tujuan
Mahasiswa menegerti dan memahami cara pembuatan media tanam non tanah dalam bentuk cair dan padat untuk budidaya sistem hidroponik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Dalam sejarahnya, penelitian hidroponik dikenal melalui penelitian Woodward (1699) yang menggunakan hidroponik untuk studi pertumbuhan tanaman, namun penelitian De Saussure (1804) lebih signifikan untuk dikatakan sebagai cikal bakal penelitian hidroponik yang menggunakan larutan nutrisi sebagai komposisi awal dengan berbagai macam komponen elemen mineral di dalam distilled water. Hidroponik atau hydroponics, berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata hydro yang berarti air dan kata ponos yang berarti kerja, sehingga hidroponik dapat diartikan sebagai suatu pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media tumbuh tanaman tanpa menggunakan media tanah sebagai media tanam dan mengambil unsur hara mineral yang dibutuhkan dari larutan nutrisi yang dilarutkan dalam air (Falah, 2006).

Hidroponik merupakan metode bercocok tanam tanpa tanah. Bukan hanya dengan air sebagai media pertumbuhannya, seperti makna leksikal dari kata hidro yang berarti air, tapi juga dapat menggunakan media-media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir, sabut kelapa, zat silikat, pecahan batu karang atau batu bata, potongan kayu, dan busa (Fazari, 2004).
Berdasarkan media tumbuh yang digunakan, hidroponik dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Kultur Air.
Teknik ini telah lama dikenal, yaitu sejak pertengahan abad ke-15 oleh bangsa Aztec. Dalam metode ini tanaman ditumbuhkan pada media tertentu yang di bagian dasar terdapat larutan yang mengandung hara makro dan mikro, sehingga ujung akar tanaman akan menyentuh larutan yang mengandung nutrisi tersebut.



2. Kultur Agregat.
Media tanam berupa kerikil, pasir, arang sekam padi (kuntan), dan lain-lain yang harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemberian hara dengan cara mengairi media tanam atau dengan cara menyiapkan larutan hara dalam tangki atau drum, lalu dialirkan ke tanaman melalui selang plastik.

3. Nutrient Film Technique.
Pada cara ini tanaman dipelihara dalam selokan panjang yang sempit, terbuat dari lempengan logam tipis tahan karat. Di dalam saluran tersebut dialiri air yang mengandung larutan hara. Maka di sekitar akar akan terbentuk film (lapisan tipis) sebagai makanan tanaman tersebut (Tim Aero Kalijati, 2009).

Dalam bercocok tanam tanpa menggunakan tanah, yang biasa disebut hidroponik, media tanam tersebut biasanya digunakan pasir kasar, krikil, batu apung, vermikulit dan lain sebagainya dengan menambahkan hara lengkap secara khusus. Adapun media tersebut meliputi :
1. Komponen Aorganik,
Pasir, pasir kuarsa berukuran antara 0.5 hingga 0.2 mm,cukup baik untuk digunakan sebagai bahan campuran media, karena dapat menciptakan kondisinya menjadi poreus dan aerasinya baik
Vermikulit, berasal dari mineral mika yang telah dipanaskan pada suhu sampai 1.90 oC hingga terjadi pemecahan (disintegrasi) dan bebas dari hama penyakit dan biji gulma.
Perlit, bahan ini berwarna putih dan dihasilkan dari lava gunung berapi yang telah dipanaskan pada suhu 760 oC. ifat perlit ini sangat menguntungkan, diantaranya mempunyai daya memegang air sebnyak 3-4 kali dari beratnya serta tahan terhadap kerusakan fisik dibandingkan dengan vermikulit.

2. Komponen Organik,
Gambut (peat), substansi ini merupakan hasil pelapukan belum sempurna dari sisa-sisa vegetasi di dalam air, seperti dirawa-rawa. Berdasarkan tingkat kesempurnaan proses pelapukannya bahan ini terdapat beberapa macam peat, antara lain : moss peat (berasal dari sejenis rumput laut), reed sedge peat (berasal dari sisa-sisa rumput, biji-bijian dan vegetasi rawa), peat humus (jenis peat yang telah mengalami dekomposisi sempurna).
Shagnum moss, bahan ini merupakan residu yang mengalami dehidrasi dari bermacam-macam spesies sphagnum. Sebelum digunakan sphagnum dilumatkan terlebih dahulu. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan jamur penyakit.

Wood residu, materi ini berasal dari hasil samping tanaman yang telah dipanen, seperti serpihan kulit kayu dan serbuk gergaji. Sisa-sisa panen tanaman, bermacam-macam sisa tanaman seperti jerami, klobot jagung, ampas tebu, sekam.
Rabuk organik, baik yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Penggunaan media ini banyak diformulasikan dengan komposisi tertentu, Sebelum media digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dengan jalan dipanaskan dengan suhu 71 oC selama 3 menit atau disterilkan dengan bahan kimia kloropikrin atau kloropikrin di campur dengan metibromida (Ashari, 1995).

Tanaman hidroponik bisa dilakukan secara kecil-kecilan di rumah sebagai suatu hobi ataupun secara besar-besarandengan tujuan komersial. Beberapa kelebihan tanaman dengan sistim hidroponik ini antara lain:

• Ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida atau obat hama yang dapat merusak tanah, menggunakan air hanya 1/20 dari tanaman biasa, dan mengurangi CO2 karena tidak perlu menggunakan kendaraan atau mesin.
• Tanaman ini tidak merusak tanah karena tidak menggunakan media tanah dan juga tidak membutuhkan tempat yang luas.
• Bisa memeriksa akar tanaman secara periodik untuk memastikan pertumbuhannya
• Pemakaian air lebih efisien karena penyiraman air tidak perlu dilakukan setiap hari sebab media larutan mineral yang dipergunakan selalu tertampung didalam wadah yang dipakai
• Hasil tanaman bisa dimakan secara keseluruhan termasuk akar karena terbebasdari kotoran dan hama
• Lebih hemat karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari, tidakmembutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat
• Pertumbuhan tanaman lebih cepat dan kualitas hasil tanaman dapat terjaga
• Bisa menghemat pemakaian pupuk tanaman
• Tidak perlu banyak tenaga kerja
• Lingkungan kerja lebih bersih
• Tidak ada masalah hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri, kulatdan cacing nematod yang banyak terdapat dalam tanah
• Dapat tanam di mana saja bahkan di garasi dan tanah yang berbatu
• Dapat ditanam kapan saja karena tidak mengenal musim (Click, 2009).

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Hidroponik ini dilakukan di laboratorium Pembiakan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember, Waktu pelaksanaan praktikum tanggal 14 Maret 2011, pukul 14.00 sampai selesai.

3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Bahan
1. Larutan Nutrisi A, B Mix.
2. Pupuk Gandasil B
3. Pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-36.
4. Arang sekam dan pasir.

3.2.2. Alat
1. Pot Plastik
2. Pipa Paralon
3. Gelas Ukur
4. Cetok / Alat Pengaduk
5. Penggaris

3.3. Cara Kerja

1. Menyiapkan media padat dengan formulasi dari arang sekam dan pasir steril dalam perbandingan ( 50 % : 50 % ) dan memasukkan ke dalam pot plastic yang telah disediakan dengan berat total media 5 kg per pot.
2. Menyiapkam media cair hidroponik sistem NFT dengan menggunakan bak atau tulang paralon yang telah disediakan dengan volume air sesuai kebutuhan.
3. Menyiapakan larutan nutrisi A B Mix dalam 30 liter air.
4. Menyiapakan pupuk NPK, Urea, KCL dan SP-36
5. Menyiapkan Nutrisi Gandasil B, Insektisida dan Fungisida.
6. Menambahkan larutan pada semua nutrisi poin 3, 4, dan 5 pada media padat dan media cair yang telah disiapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari Sumeru. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press). 485 hal
Fazari Sri Nurilla. 2004. Hidoponik Tanaman Tanpa Tanah. http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/hidroponik/. Di akses pada tanggal 13 Maret 2011.

Kalijati Aero Tim. 2009. Teknik Budidaya Sayuran Secara Hidroponik. http://www.aero-kalijati.com/lifestyle/1207-teknik-bududaya-sayuran-secara-hidroponik.html. Di akses pada tanggal 13 Maret 2011.

Click Smart. 2011.Pengertian dan Penjealasan Tanaman Hidroponik. http://www.g-excess.com/id/pengertian-dan-penjelasan-tanaman-hidroponik.html. Di akses pada tanggal 13 Maret 2011.
Falah Affan Fajar M. 2006. Produksi Tanaman dan Makanan dengan Menggunakan Hidroponik - Sederhana hingga Otomatis http://io.ppijepang.org/v2/index.php?option=com_k2&view=item&id=222:produksi-tanaman-dan-makanan-dengan-menggunakan-hidroponik-sederhana-hingga-otomatis. Di akses pada tanggal 13 Maret 2011.

1 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.