Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Laporan Pengelolaan Limbah Pertanian - Pupuk Cair Organik

Minggu, 06 Januari 2013

Laporan Pengelolaan Limbah Pertanian - Pupuk Cair Organik

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daur ulang limbah ternak berperanan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, dan secara bersamaan juga meningkatkan produksi tanaman. Suatu hal yang cukup nyata bahwa limbah ternak yang cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang berharga murah. Kotoran ternak mempunyai nilai pupuk (padat dan cair) yang tinggi dan mudah terdekomposisi. Cara tradisional yang umum dilaksanakan untuk meningkatkan kandungan bahan organik tanah, adalah menambahkan bahan yang belum matang dalam bentuk pupuk kandang, kompos atau bahan tanaman seperti pupuk hijau. Penggunaan pupuk kandang sebagai sumber hara tanaman merupakan praktek pertanian yang sudah lama dilaksanakan oleh petani di tanah sawah.

Dalam proses pertanian untuk membantu menyuburkan tanah dan tanaman diperlukan adanya pemupukan. Pupuk yang digunakan terdiri dari dua macam pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang memanfaatkan sampah daun, kotoran hewan dan seresah. Sedangkan pupuk anorganik seperti Urea, KCl, SP-36, dll. Pemupukan dilakukan sesuai kondisi tanaman dan tanah. Ketika tanaman kekurangan suatu unsur, maka dilakukan pemupukan. Selain pupuk tanaman juga memerlukan perawatan intensif seperti pengairan, pembajakan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.

Pupuk organik merupakan hasil akhir dan atau hasil antara dari perubahan atau peruraian bagian dan sisa-sisa tanaman dan hewan. Misalnya bungkil, guano, tepung tulang dan sebagainya. Karena pupuk organik berasal dari bahan organik yang mengandung segala macam unsur maka pupuk ini pun mengandung hampir semua unsur (baik makro maupun mikro). Hanya saja, ketersediaan unsur hara tersebut biasanya dalam jumlah yang sedikit. Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunakan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Telah banyak dilaporkan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu. Penggunaan pupuk kimia secara bijaksana diharapkan memberikan dampak yang lebih baik dimasa depan. Tidak hanya pada kondisi lahan dan hasil panen yang lebih baik, tetapi juga pada kelestarian lingkungan

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses pembuatan pupuk cair.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam pembuatan pupuk cair.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pada dasarnya, sampah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair ini mempunyai banyak manfaat. Mulai dari fungsinya sebagai pupuk, hingga sebagai aktivator untuk membuat kompos. Untuk membuat kompos cair dibutuhkan alat atau wadah yang disebut komposter. Yakni sebuah tempat yang dibuat dari tong sampah plastik atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam atau di luar ruangan. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organik rumah tangga menjadi bermanfaat (Santi, 2010). Sebetulnya tidak mudah memanfaatkan kotoran ternak sebagai pupuk kandang tanpa mengandung limbah yang lain karena bersifat ruah dan mudah rusak. Penyebaran pupuk kandang ke lahan pertanian mengurangi kehilangan hara yang dikandung pupuk kandang. Cara terbaik untuk mengelola pupuk kandang adalah dengan melimdungi dari terik matahari langsung atau terkena air hujan sampai pupuk tersebut digunakan. Ada empat sistem yang umum dilakukan untuj menangani pupuk kandang : a. Mengumpulkan pupuk kandang segar setiap hari dan ditaburkan langsung di lahan. b. Disimpan dalam lubang atau ditimbun dan dihindarkan dari terik matahari langsung dengan diberi pelindung/penutup. Biarkan pupuk kandang tersebut mengalami proses fermentasi sebelum digunakan. c. Pupuk cair disimpan dalam kondisi aerob dan dilakukan perlakuan tertentu sebelum digunakan. d. Pupuk cair disimpan secara anaerob dan dilakuakn perlakuan tertentu sebelum digunakan (Sutanto, 2002).

Pupuk organik merupakan pupuk yang bahannya berasal dari bahan organik seperti: tanaman, hewan ataupun limbah organik. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik misalnya: jerami, tanaman perdu, tanaman legum, sekam, bekas gergajian kayu, dll. Pupuk organik menjadi bahan untuk perbaikan struktur tanah yang terbaik dan alami. Pemberian pupuk organik pada tanah akan memperbaiki struktur tanah dan menyebabkan tanah mampu mengikat air lebih banyak. Pupuk organik memiliki ciri-ciri umum memiliki kandungan hara rendah, namun kandungan hara bervaraiasi tergantung bahan yang digunakan; ketersediaan unsur hara lambat, hara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman, memerlukan perobakan atau dikomposisi baru dapat terserap oleh tanaman; jumlah hara tersedia dalam jumlah yang terbatas (Hanolo, 2007). Saat ini ada beberapa jenis pupuk organik sebagai pupuk alam berdasarkan bahan dasarnya, yaitu pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dan pupuk mikroba. Sedangkan ditinjau dari bentuknya ada pupuk organik cair dan ada pupuk organik padat. Sebagai contoh kompos merupakan contoh pupuk organik padat yang dibuat dari bahan organik padat (tumbuh-tumbuhan), sedangkan thilurine adalah pupuk organik cair yang dibuat dari bahan organik cair (urine sapi). Pupuk organik dapat dibuat dari limbah, contohnya limbah peternakan sapi perah, baik berupa feses maupun urinenya dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk organik. (Musnamar, 2003).

Jenis sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik adalah : a. Sampah sayuran b. Sisa sayur basi, tetapi ini harus dicuci dulu, peras, lalu buang airnya c. Sisa nasi d. Sisa ikan, ayam, kulit telur e. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain). Tapi tidak termasuk kulit buah yang keras seperti kulit salak. Sedangkan jenis sampah yang tidak bisa diolah antara lain : a. Protein seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu karena mengundang lalat sehingga tumbuh belatung. b. Biji – biji yang utuh atau keras seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat, dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair seperti pepaya, melon, jeruk, anggur. c. Sisa sayur yang berkuah harus dibuang airnya, kalau bersantan harus dibilas air dan ditiriskan (Rahmi, 2007).

Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun sesering mungkin digunakan. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman. Pupuk cair dikatakan bagus dan siap diaplikasikan jika tingkat kematangannya sempurna. Pengomposan yang matang bisa diketahui dengan memperhatikan keadaan bentuk fisiknya, dimana fermentasi yang berhasil ditandai dengan adanya bercak – bercak putih pada permukaan cairan. Cairan yang dihasilkan dari proses ini akan berwarna kuning kecoklatan dengan bau yang menyengat (Purwendro dan Nurhidayat, 2007).


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pengelolaan Limbah dalam pembuatan pupuk cair dilaksanakan pada tanggal 21 November 2012 pukul 14.00 WIB di Jurusan Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Timba berukuran 25 kg
2. Tutup Timba
3. Pisau
4. Kayu Pengaduk
5. Gelas Ukur

3.2.2 Bahan

1. Buah busuk
2. Sayur busuk
3. Tanaman leguminase
4. Kotoran Sapi
5. Kotoran kambing
6. Kotoran Ayam
7. Gulma
8. Air Kelapa
9. EM-4
10. Air
11. Molase
12. Terasi

3.3 Cara Kerja

1. Membuat larutan molase yang dicampur dengan EM-4, terasi, dan air kelapa pada timba cat 25 kg.
2. Memotong bahan sampai berukuran kecil-kecil dengan menggunakan pisau.
3. Memasukkan bahan beserta larutan molase dan air sampai penuh ke dalam timba cat 25 kg .
4 Menutup timba dengan plastik dan mengikatnya secara kuat dengan karet ban dan menjaga jangan sampai plastik berlubang sehingga udara masuk karena pendekomposisian dengan anaerob.
5. Menempatkan timba pada tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung.
6. Mengamati pupuk cair setelah 10 hari dengan indikasi pupuk cair terdekomposisi sempurna jika pada permukaan larutan terdapat jamur yang berwarna putih.



BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Data Hasil Pengamatan
Kelompok
Perlakuan bahan
Hasil
1
10  kg kotoran kambing
5 kg sayuran
1 lt EM4

Bau: Tidak berbau
Warna: Coklat pekat
Kepekatan: Encer
Tekstur : Kasar
2
10 kg kotoran sapi
5 kg buah busuk
1 lt EM4

Bau: Wangi kecut
Warna : Coklat kekuningan
Kepekatan : Encer
Tekstur : Kasar
3
10 kg kotoran ayam
5 kg daun leguminosa
1 lt EM4

Bau : Agak bau
Warna: Kuning kecoklatan
Kepekatan: Encer
Tekstur: Kasar
4
10 kg kotoran kambing + ayam + sapi
5 kg gulma
1 lt EM4

Bau : Wangi
Warna : Kuning kecoklatan
Kepekatan : Sangat encer
Tekstur : Kasar


4.2 Pembahasan

Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organic yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Kelebihan dari pupuk organik ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yamg diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.

Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga punya kemampuan menyerap hara. Sehingga ada manfaatnya apabila pupuk cair tidak hanya diberikan di sekitar tanaman, tapi juga di bagian daun yang dekat dengan stomata. Penggunaan pupuk cair lebih memudahkan pekerjaan, dan penggunaan pupuk cair berarti kita melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan, yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman dan mengobati tanaman.

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah. Pemberian pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis yang diaplikasikan terhadap tanaman. Pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik daripada pemberian melalui tanah. Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya frekuensi aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman.

Ciri-ciri dari pembuatan pupuk cair organik yang berhasil diantaranya yaitu baunya seperti anggur, serta adanya bercak-bercak putih (semakin banyak, semakin bagus) dan warnanya kuning kecoklatan (seperti minyak goreng yang sudah dipakai). Namun, dalam pembuatan pupuk cair ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk organik cair diantaranya adalah :

a. Aerasi timbunan. Aerasi berhubungan erat dengan kelengasan. Apabila terlalu anaerob mikrobia yang hidup hanya mikrobia anaerob saja, mikrobia aerob mati atau terhambat pertumbuhannya. Sedangkan bila terlalu aerob udara bebas masuk ke dalam timbunan bahan yang dikomposkan umumnya menyebabkan hilangnya nitrogen relatif banyak karena menguap berupa NH3.
b. Bahan yang digunakan jangan bahan yang sudah busuk, karena bahan yang sudah busuk terdapat bakteri yang nantinya bakteri tersebut dapat mengganggu perkembangan dari bakteri EM4 dalam mendekomposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair.
c. Dalam pembuatan pupuk cair, bakteri EM4 harus sudah siap hidup di lingkungan yang berbeda, hal ini penting dalam pembuatan pupuk cair. Bakteri EM 4 sebaiknya dibuat 1 minggu sebelum pembuatan pupuk cair dilakukan.
d. Pemotongan bahan yang digunakan, potongan bahan yang baik digunakan untuk pembuatan pupuk cair adalah yang potongannya kecil. Hal ini dikarenakan agar bakteri EM4 lebih mudah dalam mendengkomposisi bahan tersebut, karena bakteri EM4 mudah dalam memotong rantai karbon pada bahan tersebut sehingga membentuk rantai carbon yang lebih sederhana.
e. Kegiatan dan kehidupan mikrobia sangat dipengaruhi oleh kelembaban yang cukup, tidak terlalu kering maupun basah atau tergenang.
f. Peletakan tempat pembuatan pupuk cair, dalam pembuatan pupuk cair sebaiknya ditempat yang teduh agar bakteri EM4 tidak terkena sinar matahari langsung,apabila bakteri EM4 terkena sinar matahari langsung, maka bakteri tersebut akan mati akibat sinar inframerah dari matahari. Untuk penyimpanan bahan yang telah dibuat sebaiknya diletakkan di tempat yang teduh agar suhu dan temperatur dari pupuk cair yang dibuat dapat sesuai dengan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan bakteri EM4.

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan oleh setiap kelompok menunjukkan hasil yang relatif sama antar perlakuan. Pada kelompok 1, pupuk cairnya menunjukkan warna coklat pekat namun tidak berbau dan memiliki kepekatan yang encer disertai dengan tekstur yang kasar. Sementara pada kelompok 2 pupuk cairnya menunjukkan warna coklat kekuningan dengan bau wangi kecut, tingkat kepekatan yang ecner dan tekstur yang kasar. Untuk kelopmpok 3 pupuk cairnya menunjukkan warna kuning kecoklatan dan agak bau disertai dengan kepekatan yang encer dan tekstur yang kasar. Dan pada kelompok 4, pupuk cairnya menunjukkan warna kuning kecoklatan dengan bau yang wangi dan tingak kepekatan yang sangat encer serta tekstur yang kasar.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum dan hasil pengamatan yang didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain :

1. Pupuk organik cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur.
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam pembuatan pupuk cair diantaranya adalah, suhu, kelembapan, intensitas cahaya, komposisi media, waktu pembuatan, serta ukuran bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair.
3. Indikator keberhasilan pupuk cair adalah pupuk cair berwarna coklat kekuningan dan tidak memiliki bau yang menyengat disertai adanya jamur putih yang ada di permukaan larutan molase.
4. Kelebihan dari pupuk cair organik adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan hara secara cepat.

5.2 Saran

Dalam melaksanakan praktikum dan pengamatan hendaknya lebih serius dan memperhatikan petunjuk/arahan dari asisten agar meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan dan praktikan diharapkan mampu mengaplikasikan hasil dari praktikum ini agar dapat mengolah limbah pertanian menjadi sesuatu yang lebih berguna.


DAFTAR PUSTAKA

Hanolo, W. 2007. Tanggapan Tanaman Selada dan Sawi Terhadap Dosis dan Cara Pemberian Pupuk Cair Stimulan. Jurnal Agrotropika. Volume 1(1) : 25-29

Musnamar, E.I. 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Purwendro, D. dan Nurhidayat T. 2007. Pembuatan Pupuk Cair. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Rahmi, A dan Jumiati. 2007. Pengaruh konsentrasi dan waktu penyemprotan pupuk cair organik cair super ACI terhadap pertumbuhan dan hasil Jagung Manis. Agritop 26(3) : 105-109.

Santi.S.S. 2010. Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam Untuk Pupuk Cair Organik Dengan Proses Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia Vol.4, No.2, April 2010.

Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta

2 komentar:

  1. Terimakasih buat postnya...
    kebetulan saya butuh materi ini buat TA saya, cumah saya belum menemukan kajian teori tentang indikator keberhasilan dan rasio N/A. kalo sampean ada buku atau referensi, tolong kabari saya ke email dhetta.dzet@gmail.com ya..
    matur suwunn..

    BalasHapus
    Balasan
    1. eh maap, rasio C/N maksudnyaaa..

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.