Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Maret 2012

Jumat, 09 Maret 2012

Tugas MK Agroekologi - Agroekosistem Lahan Hutan

Indonesia memiliki hutan yang luas. Hutan merupakan dataran tanah yang bergelombang dan dapat dikembangkan untuk kepentingan diluar kehutanan, seperti pariwisata. Pentingnya mempelajari tentang hutan karena Tuhan memberikan hutan yang begitu luas di tanah Indonesia ini, maka harus kita jaga dan lestarikan. Selain itu, hutan juga merupakan sumber kehidupan alami yang telah diketahui sejak beribu-ribu tahun yang lalu, hutan juga mempunyai banyak menfaat bagi kehidupan manusia.
Lahan hutan merupakan tanah di suatu kawasan yang terletak di dalam hutan. Menurut Dengler, ciri-ciri hutan antara lain : adanya pepohonan yang tumbuh pada tanah yang luas (tidak termasuk savanna dan kebun) dan pepohonan tumbuh secara berkelompok. Ada empat unsur yang terkandung dari dafinisi hutan diatas, yaitu :
1. Unsur lapangan yang cukup luas (min ¼ Ha), yang disebut tanah hutan.
2. Unsur pohon (kayu, bambu, palem), flora, dan fauna.
3. Unsur llingkungan.
4. Unsur penetapan pemerintah.

Unsur pertama, kedua, dan ketiga membentuk persekutuan hidup yang tidak dapat dipisahkan satu dengna yang lainnya. Adanya penetapan pemerintah mengenai hutan mempunyai dua arti yang sangat penting yaitu agar setiap orang tidak sewenang-wenang untuk membabat, menduduki, atau mengerjakan kawasan hutan dan mewajibkan kepada pemerintah untuk mengatur perencanaan, peruntukan, penyediaan, penggunaan lahan hutan sesuai dengna fungsinya, serta menjaga mutu, nilai, dan kegunaan hasil. Hal tersebut juga termasuk pada penggunaan lahan hutan secara baik.
Lahan hutan, seperti halnya lahan lainnya, mempunyai karakteristik tersendiri yang membedakan lahanhutan dengan lahan yang lainnya. Dilihat dari unsur topografinya, tanah, iklim, dan lain-lain. Hutan sendiri banyak macamnya. Seperti kita ketahui, di Indonesia sendiri tersebar hutan gambut, hutan rawa, dan hutan tropis yang hampir menyebar di tanah Indonesia.
Ada dua peranan penting lahan hutan bagi kehidupan. Yaitu sebagai tempat tinggal jutaan mahluk Tuhan dalam keadaan seimbang berupa tumbuhan, binatang, dan jasad renik. Serta sebagai suatu unit yang menjaga agar system ekologi bumi tetap seimbang.
Hutan dan lahan yang ada di dalamnya memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan bangsa dan negara. Hal ini disebabkan hutan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lahan hutan juga memiliki manfaat bagi kehidupan manusi, manfaat tersebut diklasifikasikan menjadi dua, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat langsung yaitu :
Manfaat yang dapat dirasakan atau dinikmati secara langsung oleh masyarakat. Yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu, serta berbagai hasil hutan ikutan, seperti rotan, getah, buah-buahan, madu, dan lain-lain.

Sedangkan manfaat tidak langsung yaitu :
Manfaat yang tidak langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi yang dapat dirasakan adalah keberadaan hutan tersebut. Ada delapan manfaat hutan secara tidak langsung, antara lain :
1. Dapat mengatur tata air
2. Dapat mencegah terjadinya erosi
3. Dapat memberikan manfaat terhadap kesehatan
4. Dapat memberikan rasa keindahan
5. Dapat memberikan manfaat di sector wisata
6. Dapat memberikan manfaat dalam pertahanan keamanan
7. Dapat manmpung tenaga kerja
8. Dapat menambah devisa Negara

Permasalahan yang sering terjadi pada lahan hutan di Indonesia adalah tidak benarnya pemanfaatan lahan hutan tersebut. Lahan hutan yang seharusnya tetap ada untuk menjaga keseimbangan ekologi bumi, malah dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan, area perumahan, bahkan untuk tempat industri. Illega logging yang sering terjadi dan kurangnya perhatian dari pemerintah yang membuat illegal logging tersebut seakan tak pernah jera dilakukan.
Lahan hutan di Indonesia dibagi habis ke dalam unit pengelolaan. Setiap unit memiliki misi spesifik. Lahan hutan Indonesia dituntut berfungsi ekonomis, ekologis, sosial, gudang genetik, dll. Lahan hutan dibagi dalam tiga macam unit pengelolaan yaitu :
1. Hutan konservasi, untuk misi ekologis dengan perlakuan netural management
2. Kebun kayu, untuk misi ekonomis dengan perlakuan free training
3. Hutan produksi, untuk misi ekologis dan ekonomis yang sangat penting

Di Indonesia banyak lahan hutan yang tidak dimanfaatkan atau tidak dikelola dengan benar. Pengelolaan lahan hutan yang benar sebaiknya dengan cara:
1. Berpegang pada Bestek (objek yang konkret dan terukur)
2. Mengacu pada kondisi kuvio. Areal yang sama tegakan, sama tanahnya, sama iklim mikronya disebut unit TIT (Tanah-Iklim-Tumbuhan) atau unit tegakan. Unit TIT yang ada dalam petak disebut kuvio.
Lahan hutan memiliki hubungan timbale balik yang cukup besar terhadap kehidupan masyarakat. Maka dari itu lahan hutan harus dikelola dengan baik dan benar dengan memperhatikan keadaan lahan.

Tugas MK Agroekologi - Agroekosistem Kawasan Pesisir

Agroekosistem Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir merupakan salah satu bentuk karakteristik wilayah yang banyak kita jumpai di Indonesia. Dibanding dengan yang lainnya, pesisir merupakan salah satu kawasan yang unik dibandingkan dengan kawasan lainnya. Unsur- unsur dalam kawasan pesisir yang meliputi bentuk lanscape dan gambaran bentuk lahan memberikan ciri khas tersendiri, termasuk jenis tanah yang umumnya ada di kawasan ini. Jenis tanah di kawasan pesisir berkaitan erat dengan kondisi tanaman dan pengelolaan tanaman di kawasan itu sendiri, termasuk budaya masyarakat dalam mengelola usaha tani. Keunikan kawasan pesisir pada kenyataanya merupakan sebuah potensi sehingga pemanfaatan lahan pesisir dalam berbagai bidangpun sudah banyak dilakukan. Hal ini kemudian mempengaruhi perubahan kondisi penduduk sehingga terkadang banyak memunculkan berbagai permasalahan.
Kawasan pesisir dapat didefinisikan melalui pendekatan ekologisnya sebagai suatu kawasan pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat laut seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Sedangkan batas ke arah laut (darat) mencakup bagian perairan pantau sampai batas terluar dari paparan benua (continental) yang masih dipengaruhi oleh proses alamiah yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar (Dahuri et.al.,2001).
Jadi pada dasarnya garis batas kawasan pesisir hanyalah merupakan garis khayal yang letaknya dipengaruhi kondisi setempat dan secara konstan berubah karena proses natural yang sangat dinamis (Kay dan Alder,1999). Di kawasan pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas dapat berada jauh dari garis pantai, sedangkan di pantai yang curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, kawasan pesisirnya sempit (Supriharyono,2002).
Secara keseluruhan, tipologi pesisir Indonesia didominasi oleh tipologi pesisir berlumpur dengan ekosistem mangrove dibudidayakan dengan panjang 10.654 km atau 16,45%, manakala yang paling sedikit ekosistemnya berupa tipologi pesisir berbatu.
Salah satu wilayah yang memiliki kawasan pesisir di Indonesia adalah daerah Provinsi Lampung. Wilayah pesisir Lampung merupakan pertemuan antar dua fenomena, yaitu laut (laut jawa dan samudra hindia) dan darat (pegunungan bukit barisan selatan dan dataran bagian rendah aluvial di bagian timur propinsi lampung ini). Wilayah pesisir ini bermula dari daratan pasang air tinggi sampai ke pinggiran paparan benua (continental shelf).
Kawasan pesisir memiliki keunikan tersendiri dari kawasan-kawasan lainnya. Selain karena tersusun antara komponen darat dan laut, rupanya kedua komponen ini cenderung fluktuatif tergantung dari pasang surutnya
Tipe karakter landscape kawasan pesisir meliputi hutan bakau, tambak, estuaria, dan gumuk pasir. Alam pesisir tersebut memiliki sifat, bentuk dan kekuatan yang berbeda-beda. Sifat alam pesisir meliputi penguapan, suhu musiman dan salinitas estuarinya. Bentuk landscape kawasan pesisir antara lain dataran pesisir, danau, gumuk pasir, tambak dan topografi yang dominan lainnya. Sedangkan kekuatan alam pesisir meliputi angin, pasut, ombak, arus laut, erosi, radiasi matahari, serta sinar bulan. Keindahan landscape pesisir bervariasi mulai dari yang halus, seperti hembusan angin laut, hingga yang dinamis dan keras seperti ombak.

Lahan di kawasan pesisir umumnya merupakan tanah berpasir jenis loose/porous (mudah meloloskan air) sehingga selain cekaman salinitas, cekaman kekeringan pun juga disediakan oleh tanah model loose/porous ini dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah. Kondisi iklim (terutama angin) yang bertiup kencang dan mampu merobohkan tanaman semusim apabila tanpa pelindung (pagar).
Tanah loose pada kawasan pesisir yang cenderung didominasi oleh tanah berpasir memiliki karakteristik tertentu dimana tanah pasir ini memiliki kemampuan untuk menyerap / menahan air yang cenderung diperlukan tanaman. Tanah pasir ini bersifat longgar sehingga mudah merembeskan air, dengan kata lain tata udara dalam pasir sangat baik karena pori-pori tanah pasir lebih besar dari tanah normal biasanya. Karena udara mudah masuk, maka tanah pasir cepat mengering. Selain itu tanah pasir merupakan tipe tanah yang kurus akibat kekurangmampuan tanah dalam menahan zat-zat makanan sebagai unsur hara dalam tanah karena sifatnya yang longgar pori-pori yang lebih besar, sehingga dapat dikatakan bahwa tanah pasir yang mendominasi kawasan pesisir ini termasuk tanah ringan, sehingga tidak cocok untuk ditanami. Namun, dalam aspek pertanian tanah pasir yang diolah dengan baik dan benar dengan dilakukannya pemupukan yang teratur dan sesuai dengan takaran tertentu misalnya dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau, dan sebagainya). Pemupukan bertujuan untuk memberatkan tanah agar tidak mudah meloloskan air dan mampu menyerap hara tanah yang diperlukan tumbuhan untuk dapat hidup. Sedangkan untuk cekaman salinitas tanah pasir kawasan pesisir ini lebih ditekankan pada kamampuan sel-sel akar untuk mampu bertahan dalam keadaan salin (kadar garam yang tinggi).
Air tanah dengan pH yang relatif netral yang berada pada kedalaman sekitar 6 meter dengan jarak sekitar 50 hingga 100 meter mendekati garis pantai ini berpotensi sebagai air minum dan saluran irigasi untuk budidaya pertanian (padi). Hal ini menambah satu varietas tanaman yang mampu bertahan hidup pada keadaan cekaman tanah salin dengan kadar garam tinggi selain mangrove, yakni tanaman padi. Meskipun hanya padi varietas tertentu yang dapat bertahan dalam lahan pesisir dengan tekstur tanah loose yang mudah meloloskan air ini, namun temuan ini masih terus dilanjutkan mengingat sedikit sekali praktisi pertanian yang melirik kawasan ini untuk budidaya pertanian khususnya padi. Jika budidaya pertanian dengan varietas padi yang tahan cekaman tanah salin ini berhasil disosialisasikan dan ditemukan padi dengan pendekatan karakter/sifat yang sama dengan tanahnya, maka akan menambah satu lagi pemanfaatan lahan pesisir disamping manfaat-manfaat yang sudah ada namun belum maksimal seperti hamparan pasir yang hanya digunakan untuk menjemur tanaman enceng gondok yang berasal dari rawa untuk digunakan sebagai bahan baku kerajinan,
Kawasan pesisir pada dasarnya merupakan daerah yang potensial. Pemanfaatan kawasan pesisir antara lain sebagai tempat perkampungan nelayan (resor pemukiman), hotel, dan sarana rekreasi, wisata bahari, pariwisata alam untuk pendidikan dan penelitian seperti Bunaken, Kepulauan Seribu, dll.
Kondisi masyarakat pesisir yang cenderung didominasi oleh nelayan menjadikan masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif, dikemukakan oleh Suharti (2000), karena kondisi lingkungan yang panas dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang jamak di kalangan nelayan adalah hidup mereka yang lebih mendekati gaya hidup yang cenderung konsumtif. Hal ini merupakan salah satu permasalahan yang timbul di kawasan pesisir (dalam bidang sosial ekonomi).
Selain itu masalah lain yang dihadapi di wilayah ini adalah lebih dari 60% penduduk yang tinggal di wilayah pesisir membawa konsekuensi adanya eksploitasi sumber daya alam yang cukup tinggi. Kegiatan manusia di kawasan ini mempunya intensitas yang tinggi seperti industri, perbandaran, dan lainnya yang mampu memicu konflik penggunaan tanah antar satu dengan yang lainnya. Kemudian semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir bagi berbagai peruntukan, menimbulkan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu semakin meningkat. Dengan meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya.


Daftar Pustaka

AAK. 1973. Tanah dan Pertanian. Kanisius,Jogyakarta.

Prasita, Viv Djanat. 2001. Metode SIG dalam Perencanaan Regional Lanskap Kawasan Wisata Pesisir.http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/viv_djanat.htm.(Diakses 20 November 2010).

Wikantika, Ketut. 2008. Fenomena Kawasan Pesisir. http://wikantika.wordpress.com/2008/04/30/fenomena-kawasan-pesisir/. (Diakses 20 November 2010).

Arifin, Hadi Susilo. 2008. Pengelolaan Kawasan Pesisir. http://hsarifin.com/uploads/files/Landscape_Mgt_Lecture_12_Coastal_and_Beach_Management.pdf(Diakses 20 November 2010).

Wahyudin, Yudi. 2008. Sistem Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir.

http://komitmenku.wordpress.com/2008/06/06/sistem-sosial-ekonomi-dan-budaya-masyarakat-pesisir/(Diakses 20 November 2010).

Prayitno,dkk.2000. rencana Srategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. http://www.crc.uri.edu/download/LAM_0001.PDF (Diakses 20 November 2010)

Tugas MK Teknologi Panen dan Pasca Panen - Teknologi Pemanenan Padi dengan Tradisional dan Mekanik

Dalam meningkatkan hasil produksi dari tanaman ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah cara pemanenan atau teknik pemanenannya. Dengan teknik pemanenan yang benar maka akan dapat mengurangi hilangnya hasil produksi tanaman yang dipanen. Dalam proses pemanenan diperlukan sebuah alat untuk membantu petani yang berfungsi untuk memudahkan proses pemanenan.
Teknik pemanenen padi dapat dibagi dengan dua cara yaitu dengan cara tradisional dan cara mekanik.

1. Dengan Teknik atau Cara Tradisional :
Umumnya dalam cara tradisional ini alat – alat panen yang digunakan juga sederhana seperti sabit dan ani – ani yang menggunakan tenaga manusia itu sendiri. Ani – ani dan sabit pada dasarnya memiliki bagian yang sama, yaitu terbuat dari pisau dan kayu genggaman sebagai letak pisau. Yang membedakan kedua alat tersebut adalah bentuknya. Pada saat diperkenalkannya varietas baru padi unggul yang memiliki potensi hasil tinggi dan berpostur pendek, maka terjadi perubahan penggunaan alat panen dari ani - ani ke penggunaan sabit. Sehingga pemanenan padi tersebut menyebabkan kehilangan hasil produksi padi menjadi lebih rendah.
Ani - ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal yang tahan rontok dan tanaman padi yang memiliki postur tinggi dengan cara memotong pada tangkainya. Cara panen padi varietas baru padi unggul dengan sabit dapat dilakukan dengan cara potong atas, potong tengah atau potong bawah tergantung cara perontokannya.
Dengan memanen padi menggunakan cara tradisional mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah sebagai berikut :
1. Memberikan kesempatan kerja pada buruh tani.
2. Hasil pemotongan gabah dengan sabit atau ani - ani ini lebih bersifat terpilih (dapat membedakan padi yang layak panen dan tidak layak panen).
3. Harga alat panen yang murah, sehingga bisa dimiliki oleh setiap petani.
Sedangkan kerugiannya, sebagai berikut :
1. Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
2. Kehilangan gabah pada waktu panen relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan alat mekanis
3. Biaya panen perhektar relatif lebih tinggi dibandingkan dengan alat
mekanis, tapi biaya awal tidak ada.

2. Dengan Teknik atau Cara Mekanik
Alat yang biasa digunakan dalam memanen padi secara mekanik yaitu mesin reaper. Cara kerja mesin reaper ini adalah dengan mengait pada rumpun padi kemudian memotong dan melemparkan padi yang telah terpotong ke sebelah kanan mesin tepat di atas permukaan tanah. Setiap lemparan terdiri dari 3 – 10 rumpun tanaman padi, tergantung dari jumlah alur pemotongan mesinnya. Untuk memudahkan pengangkutan ke tempat perontokan biasanya rumpun padi tersebut diikat dulu atau dimasukkan kedalam karung agar tidak banyak gabah yang hilang karena rontok dari rantainya. Mesin reaper dioperasikan oleh satu orang dan dibantu 2 orang untuk mengikat atau mengarungkan rumpun padi yang akan di bawa ke tempat perontokan.
Sama halnya dengan teknik pemanenan padi secara tradisional, teknik pemanenan padi secara mekanik juga memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah sebagai berikut :

1. Hanya membutuhkan 2 - 3 orang untuk panen dalam 1 hektar.
2. Biaya panen per hektar relatif lebih rendah dibandingkan dengan cara
tradisional.
3. Kehilangan gabah di sawah relatif lebih rendah (bagi varietas padi yang
sukar rontok).
Sedangkan kerugiannya, sebagai berikut :
1. Biaya awal yang tinggi, yaitu harga pembelian mesin dan harga bahan bakar yang terus meningkat.
2. Bagi varietas padi yang mudah rontok, akan banyak padi yang rontok akibat getaran atau perlakuan oleh mesin.
Faktor lain yang menentukan berhasil atau tidaknya pemanenan padi adalah faktor waktu atau masa panen. Ada beberapa cara untuk menentukan masa panen padi, yaitu berdasarkan umur tanaman menurut deskripsi varietas padi yang ditanam, kadar air gabah, metode optimalisasi, yaitu hari setelah berbunga rata, dan kenampakan malai.
Waktu panen berdasarkan umur tanaman yang berdasarkan varietas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya varietas, iklim, dan tinggi tempat, sehingga umur panennya berbeda berkisar antara 5-10 hari. Berdasarkan kadar air, padi yang dipanen pada kadar air 21-26% memberikan hasil produksi optimum dan menghasilkan beras bermutu baik. Dengan metode optimalisasi, padi dipanen pada saat malai berumur 30 – 35 hari setelah berbunga rata sehingga dihasilkan gabah dan beras bermutu tinggi. Penenteuan saat panen yang umum dilaksanakan petani adalah didasarkan kenampakan malai, yaitu 90 – 95 % gabah dari malai tampak kuning.

Tugas MK Teknologi Panen dan Pasca Panen - Teknologi Panen dan Penanganan Pasca Panen Pada Kedelai

Pemanenan kedelai dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : (a). dengan cara mencabut, dalam hal ini kondisi atau tekstur tanahnya yaitu ringan dan berpasir. Mecabutnya dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus hati-hati karena kedelai yang tua mudah rontok. Pada dasarnya pemanenan dengan cara mencabut tidak dianjurkan, karena bintil akar yang mengandung rhizobium ikut terbuang. (b). dengan cara memotong, yaitu dengan menggunakan alat yang tajam seperti sabit. Hal ini dilakukan agar proses pemanenan berjalan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Cara ini juga bisa meningkatkan kesuburan tanah karena akar dengan bintil - bintil menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut.

Dalam menentukan masa panen kedelai dilakukan berdasarkan : (a). jenis atau varietas kedelai, (b). kenampakan fisik yang secara kasat mata dapat dilihat dengan adanya : daun berwarna kuning dan rontok, batang telah kering, polong kering, berwarna coklat dan pecah. Pemanenan kedelai sebaiknya dilakukan di pagi hari agar keadaan polong tidak pecah – pecah dan pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur. Pemanenan kedelai yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah. Sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan. Oleh karena itu, penentuan masa panen merupakan salah satu faktor yang penting. Sementara itu dalam penanganan pasca panen kedelai terbagi atas empat tahap yaitu :

Tahap pertama adalah pengeringan brangkasan. Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen langsung dijemur. Proses pengeringan ini dilakukan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara alami dengan meletakkan brangkasan kedelai di atas tikar, anyaman bambu, atau alas plastik, agar terkena sinar matahari secara langsung. Pengeringan dilakukan selama 3 sampai 7 hari bila cuaca bagus. Semua buah kedelai yang masih menempel pada batang diusahakan terkena sinar matahari, agar kedelai kering sempurna. Pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali, hal ini menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan biji terlepas dari polongnya.

Sedangkan biji kedelai yang digunakan untuk benih dijemur secara terpisah. Penjemuran dilakukan sampai kadar air 10% sampai 15% dan biasanya dilakukan pada pagi hari pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Brangkasan kedelai yang baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama pada musim hujan. Hal ini untuk mencegah kerusakan biji karena kelembaban yang tinggi. Cara yang kedua adalah dengan menggunakan para-para, cara ini sangat efektif bila dilaksanakan pada musim penghujan. Para-para tesebut dibuat atau disusun bertingkat, kemudian brangkasan kedelai ditebar merata di atas para-para dan dipanaskan untuk mengurangi kadar air dengan cara membakar sekam di bawah para-para tersebut. Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar airnya telah mencapai kurang lebih 18 %.
Tahap kedua adalah perontokan. Perontokan bertujuan untuk memisahkan biji dari kulit polongnya. Perontokan dapat dilakukan dengan cara : (a). memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu / karet ban dalam sepeda/kain untuk menghindarkan terjadinya biji pecah, (b). menggunakan alat mekanis (power thresher) yang biasa digunakan untuk merontokkan padi. Pada waktu perontokan dikurangi hingga mencapai kurang lebih 400 rpm. Brangkasan kedelai yang dirontokkan dengan alat ini hendaknya tidak terlalu basah. Kadar air yang tinggi dapat mengakibatkan biji rusak dan peralatan tidak dapat bekerja dengan baik. Setelah biji terpisah, brangkasan ditumpuk dan disingkirkan.

Tahap ketiga adalah pembersihan biji kedelai. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Pembersihan juga bisa dilakukan dengan menggunakan mesin pembersih, mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blower. Kemudian biji yang bersih selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnnya 9% sampai 11%.
Tahap keempat adalah pengemasan dan penyimpanan. Biji yang kering lalu disimpan dalam wadah yang bebas hama dan penyakit seperti karung goni atau plastik. Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Dengan cara kedelai disimpan di tempat kering dalam karung goni atau plastik. Karung - karung ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2 sampai 3 bulan sekali harus dijemur sampai kadar airnya sekitar 9% sampai 11%. Tempat penyimpanan harus teduh, kering dan bebas hama atau penyakit. Dan biji kedelai yang akan disimpan sebaiknya mempunyai kadar air 9 sampai 14 %.

Apabila diangkut pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah atau kemasan yang kuat.
Apabila kedelai ingin langsung dijual ke pasar maka, tidak perlu melewati tahap penyimpanan, cukup melakukan pengemasan secara baik dan benar agar kedelai tersebut tidak rusak dalam proses pengirimannya.

Laporan Produksi Tanaman I (TP) - KEDELAI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Budidaya kedelai pada tingkat petani di Indonesia, belum diusahakan pada suatu wilayah atau daerah yang memang dalam pewilayahannya diperuntukkan sebagai areal utama pertanaman kedelai, melainkan diusahakan dengan komoditas lain pada suatu pola tanam dimana kedelai sebagai komoditas tambahan. Kondisinya sangat berbeda dengan yang ada di negara penghasil kedelai dunia, seperti Amerika, disini kedelai di produksi di wilayah yang memang peruntukan utamanya bagi pengembangan kedelai, sehingga dipilih wilayah yang tanah dan iklimnya sangat sesuai untuk kedelai.
Kedelai di Indonesia biasanya dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apa pun. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biaya.
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan system pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga.
Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji di lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetic varietas dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai.

1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung dan kedelai yang baik sesuai dengan kondisi tanah.

1.2.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman kedelai yang baik sesuai dengan kondisi tanah.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sudadi (2007), kedelai (Glycine max (L.) Merril ) termasuk tanaman palawija yang mempunyai arti penting dan merupakan komoditas pertanian yang sangat penting, karena memiliki multi guna. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri seperti tempe, tahu, tauco, kecap,susu kedelai dan untuk keperluan industri pakan ternak.
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga (Hidayat, O. D. 2000 ).
Tanaman kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat di daerah berhawa panas. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 1.200 m dpl. Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman kedelai ialah antara 23oC – 30oC. Curah hujan berkisar antara 120 – 200 mm/bulan, dengan lama penyinaran 12 jam/hari, dan kelembapan rata – rata (RH) 65%. Tanaman kedelai dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi yang baik. Jenis tanah yang sangat cocok untuk menanam kedelai ialah alluvial, regosol, latosol, dan andosol. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah 6,0 – 6,8. Apa bila pH di atas 7,0, maka tanaman kedelai akan megalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Sementara, pada pH 5,0 kedelai mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn, sehingga pertumbuhannya terganggu. Untuk menaikkan pH, dilakukan pengapuran misalnya dengan Kalsit (CaCo3), Dolomit (CAMG(CO3)2), atau kapur bakar. Pemberian kapur dilakukan sekitar 2 sampai 4 minggu sebelum tanam, bersamaan dengan pengolahan lahan (Fachruddin, 2000).
Batang kedelai yang masih muda setelah perkecambahan dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil. Hipokotil adalah bagian batang dibawah keping biji yang belum lepas sampai ke pangkal batang, sedangkan epicotil adalah bagian batang yang berada diatas keping biji. Sistem pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate adalah tipe pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan batangnya terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat terus berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga (Adisarwanto, 2005).
Menurut Prasastyawati, D. dan F. Rumawas (2000), tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu. Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila tumbuh pada lingkungan dengan salah satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal.
Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama atau penyakitnya, sehingga produksinya masih relatif rendah.S ebagian besar petani tidak melakukan pengolahan tanah, terutama tanah bekas padi atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari jerami padi dan daun tebu, yang selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik, sehingga produksinya relatif rendah. Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak kerugian atau rendahnya produksi akibat serangan hama penyakit (Rukmini, 2006).


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Teknik Produksi Tanaman Kedelai ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Oktober 2011 Pukul 14.00 WIB, di Agrotechno Park, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll Meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba

3.2.2 Bahan
1. Benih jagung
2. Benih kedelai
3. Tanah
4. Pupuk Urea SP-36, KCL
5. Polibag (40 x 60)
6. Tanah kering angin

3.2.3 Cara Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menyiapkan media tanaman dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin
c. Mengambil sampel tanah kemudian dianalisi dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah
d. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg kedalam polibag, untuk perlakuan dengan menambah BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air
e. Menanam benih jagung dan kedelai pada masing-masing perlakuan, sati lubag diisi 2 benih
f. Pemupukan SP-36 dan KCL serta penambahan BO sesuai dengan dosis anjuran dari analisi sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan
g. Melakukan pengamatan secara rutin.


DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, 2005. Proses Budidaya Tanaman Shorgum : Kedelai Edamame. Jurnal Pertanian Vol (3) : 124-126.

Fachruddin Lisdiana. 2000. Budidaya Kacang – Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.

Hidayat, O. D. 2000. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S.
Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.

Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 2000. Perkembangan bintil akar
Rhizobium javonicum pada kedelai. Buletin. Agronomi. 21(1) : 4.


Rukmini, 2006. Budidaya dan Pemupukan yang Baik untuk Kedelai. Grafindo. Surabaya

Sudadi, dkk. 2007. Ketersediaan K dan Hasil Kedelai (Glycine max L. Merril) Pada Tanah Vertisol Yang Diberi Mulsa Dan Pupuk Kandang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007) p : 8-12

Laporan Produksi Tanaman I (TP) - JAGUNG

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Tanaman yang termasuk dalam kelas monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species Zea mays. L ini merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman . Jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 - 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik, serta endap air. Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanahnya subur, gembur dan kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi jagung hingga 15%. Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat menimbulkan hasil yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7 pada jagung cenderung menurun.
Walaupun jagung termasuk tanaman yang relatif tahan terhadap kondisi tanah yang kering sebagai tempat tumbuhnya, tanaman ini seringkali masih mengalami kekeringan di beberapa daerah di Indonesia, sehingga produksinya juga semakin turun. Selain faktor kekeringan, serangan hama juga menjadi masalah yang dapat menurunkan hasil produksi jagung. Jagung sangat rentan terhadap serangan hama, baik pada musim penghujan maupun musim kemarau. Untuk mengatasi masalah serangan hama tersebut, para petani lebih sering menggunakan pestisida kimia. Padahal, penggunaan pestisida berlebih justru dapat merusak lingkungan. Untuk itu, diperlukan teknik-teknik yang dapat mengatasi segala permasalahan yang ada dan dapat meningkatkan hasil produksi jagung.
Untuk memperoleh produksi jagung yang optimal, selain faktor morfologi diatas faktor lingkungan juga menentukan produktivitas tanaman jagung. Ada beberapa persyaratan tumbuh jagung yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang optimum diantaranya adalah iklim, tanah, dan tinggi tempat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi adalah populasi tanaman yang berkaitan dengan jarak tanam dimana akan menyangkut sarana hidup tanaman. Sarana tersebut antara lain berupa unsur hara, cahaya, matahari, serta pertumbuhan hama dan penyakit dan ruang tumbuh.

1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.

1.2.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2. Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung merupakan tanaman semusim yang mempunyai siklus hidup 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif dan disebut sebagai varietas profilik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2 - 5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa “tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah daun dengan “rambut”. Pada jagung manis kandungan gula relatif lebih tinggi daripada jagung biasa (Sarasutha, IG.P. 2002).
Penanaman jagung yang biasa dilakukan oleh para petani pada umumnya mempergunakan alat sederhana yang disebut tugal. Tugal adalah alat semacam tongkat yang terbuat dari kayu dan pada salah satu ujungnya dibuat meruncing. Tugal tersebut ada yang bermata tunggal, tetapi ada juga yang bermata dua atau tiga sesuai dengan lubang yang akan dibentuk. Alat tersebut digunakan dengan cara ditugalkan ke dalam tanah sesuai dengan pengaturan jarak tanam tertentu dengan kedalaman lubang antara 2,5 cm sampai 5 cm. Tugal ini sebenarnya dapat digantikan dengan cangkul kecil untuk menanam jagung.
Setelah lubang terbentuk, benih yang telah dipersiapkan sebelumnya dimasukkan ke dalam lubang. Selanjutnya lubang yang sudah ada benihnya ditutup dengan baik. Biasanya penanaman ini dilakukan oleh dua orang yaitu satu orang membuat lubang dengan tugal, sedangkan yang lain mengisi lubang dengan benih sekaligus menutup lubang. Untuk penutupan lubang ini diusahakan tidak terlalu padat, namun juga tidak mudah terambil atau tersembul keluar sehingga dapat dimakan burung atau ayam.
Kedalaman penanaman dan penutupan lubang ini sangat berpengaruh terhadap perkecambahan benih. Kondisi benih yang baik dan lingkungan yang mendukung, termasuk kelembapan tanah dan suhu juga sangat mempengaruhi perkecambahan (Aak, 2001).
Pada umumnya tanaman jagung ditanam pada lahan yang kering dengan cara multikultur, artinya ditanama bersama dengan beberapa jenis tanaman yang lain. Namun, penanaman jagung pada lahan kering ini tidaklah mutlak, sebab ternyata tanaman jagung juga dapat tumbuh pada lahan basah yang terdapat pengairan serta sawah tadah hujan, secar monokultur yaitu menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman. Cara penanaman jagung ada 2 cara yaitu : (1). Multikultur ; adalah penanaman lahan dengan banyak jenis tanaman yang berbeda – beda secara bersama – sama dalam waktu yang sama. Misalnya dalam satu waktu pada suatu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Cara ini sering disebut juga degan istilah tumpang sari, yang mempunyai tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu dengan menjaga keseimbangan persediaan unsure hara. (2). Monokultur : adalah menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman secara berselang seling atau bergantian. Misalnya sekarang jagung, tahap yang kedua padi atau sebaliknya. Penanaman dengan cara ini disebut dengan istilah rotasi tanaman. Rotasi tanaman pada dasarnya memiliki tujuan yang hamper sama dengan tumpang sari, hanya saja waktu penanamannya yang berbeda maka pengambilan unsur hara yang ada di dalam tanah juga bergantian. Tapi dengan cara bergantian pula unsure itu akan berkurang, sehingga diharapkan dengan penanaman yang bergantian, keseimbangan jumlah unsur – unsur dalam tanah juga tetap terjaga (Rochani, 2003).
Menurut Bahar (2002), terdapat beberapa metode penentuan fase pertumbuhan jagung. Metode yang umum digunakan adalah metode leaf collar, yaitu menentukan fase pertumbuhan berdasarkan jumlah daun yang tidak lagi membungkus batang atau telah terbuka sempurna selama fase vegetatif, termasuk daun pertama yang muncul, round-tipped leaf. Metode penentuan fase pertumbuhan perlu diketahui dalam budi daya tanaman. Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu:
1) Fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama;
2) Fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk;
3) Dan fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan pada tanaman jagung antara lain :
a. Tumpang sari ( Intercropping ) :
Melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ) :
Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ) :
Pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
Penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu (Kasryno, 2002).
Hama jagung diketahui menyerang pada seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung, baik vegetatif maupun generatif. Hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), pemakan daun (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis sp). dan belalang (Locusta sp.) (Adnan, 2009).


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Teknik Produksi Tanaman Jagung ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Oktober 2011 Pukul 14.00 WIB, di Agrotechno Park, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll Meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba

3.2.2 Bahan
1. Benih jagung
2. Benih kedelai
3. Tanah
4. Pupuk Urea SP-36, KCL
5. Polibag (40 x 60)
6. Tanah kering angin

3.2.3 Cara Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menyiapkan media tanaman dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin
c. Mengambil sampel tanah kemudian dianalisi dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah
d. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg kedalam polibag, untuk perlakuan dengan menambah BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air
e. Menanam benih jagung dan kedelai pada masing-masing perlakuan, sati lubag diisi 2 benih
f. Pemupukan SP-36 dan KCL serta penambahan BO sesuai dengan dosis anjuran dari analisi sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan
g. Melakukan pengamatan secara rutin.


DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2001. Seri Budidaya Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Adnan, A.M. 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung. Prosiding Seminar Nasional Serelia

Bahar, F. A. 2002. Pembangunan Ekonomi Pedesaan melalui Pengembangan Jagung. Paper Bahan diskusi pada Balai Penelitian Tanaman Serealia, 12 Juli 2002

Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Kedelai Dunia Selama Empat Dekade yang Lalu dan Implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan Pada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung, di Bogor, 24 Juni 2002, Badan Litbang Pertanian.

Rochani Siti. 2003. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press. Bogor.

Sarasutha, IG.P. 2002. Kinerja Usaha Tani dan Pemasaran Jagung Di Sentra Produksi. Jurnal Litbang Pertanian, 21(2). 2002.

Laporan Pembiakan Tanaman II (TP) - PENGUJIAN KEMURNIAN DAN DAYA TUMBUH BENIH

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Benih merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha budidaya tanaman. Kualitas benih yang digunakan sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman yang akan diperoleh, oleh karena itu kehati-hatian dalam memilih dan menentukan benih yang akan digunakan sangat diperlukan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa varietas/spesies tanaman yang ada sangat banyak, sehingga ada kemungkinan benih akan tercampur antara satu varietas dengan varietas yang lain
Untuk mendapatkan benih yang bermutu diperlukan uji benih. Uji benih dimaksudkan untuk mengetahui viabilitas benih serta kemungkinan terbawanya patogen di dalamnya. Pelaksanaan pengujian benih dilakukan dengan pengambilan contoh benih sebagai sampel, kemudian dilakukan pemurnian benih, dan kadar air, setelah itu dilakukan uji daya kecambah, uji kekuatan tumbuh benih, dan uji kesehatan terhadap benih tersebut. Patogen yang terbawa benih akan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan tanaman tersebut.
Kualitas benih sangat mempengaruhi produktifitas tanaman yang akan diperoleh, sehingga perlu ketelitian dalam menentukan benih yang akan digunakan dalam usaha budidaya tanaman. Komponen yang perlu diperhatikan pada saat melakukan analisis kemurnian fisik benih adalah, benih murni, benih tanaman lain dan kotoran benih.
Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat- sifat genetik dan fisik dari benih yang mencakup kegiatan seperti pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, serta sertifikasi benih. Benih memiliki tipe perkecambahan yang berbeda-beda. Terdapat dua tipe perkecambahan yaitu epigeal dan hipogeal. Pada tanaman dikotil kebanyakan memiliki tipe perkecambahan epigeal sedangkan tanaman monokotil mempunyai tipe perkecambahan hipogeal.

1.2 Tujuan
1. Menentukan komponen – komponen pada pengujian kemurnian benih dan menghitung hasil pengujian kemurnia benih.
2. Untuk memperoleh informasi daya berkecambah yang berkaitan dengan nilai pertanaman dari benih di lapang produksi.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Benih tanaman mempunyai kemampuan berkecambah pada kisaran air tanah tersedia mulai dari kapasitas lapangan sampai titik layu permanen. Yang dimaksud dengan kapasitas layu lapangan dari tanah adalah jumlah air maksimum yang tertinggal setelah air permukaan terkuras dan setelah air yang keluar dari tanah karena gaya habis, sedangkan titik layu permanen adalah suatu keadaan dari kandungan air tanah dimana terjadi kelayuan pada tanaman yang tak dapat balik. (Sutopo, 1984).
Salah satu kunci budidaya terletak pada kualitas benih yang ditanam. Untuk itu diperlukan benih yang memiliki daya kecambah tinggi, sehat dan murni. Benih yang memiliki persyaratan tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang benar, seragam dan sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih yang ditanam harus bermutu tinggi. Benih yang bermutu tinggi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1) Daya tumbuh minimal 80 %, 2) Mempunyai unsur yang baik yaitu benih tumbuh serentak, cepat dan sehat, 3) Benih murni minimal 99 %, 4) Campuran benih atau varietas lain maksimal 1 %, 5) Sehat, bernas tidak keriput dan umumnya normal serta seragam, 6) Kadar Air 13 % dan 7) Warna benih terang dan tidak kusam (Qamara dan Setiawan, 1995).
Pengujian benih sangat penting artinya sebab dengan terujinya benih yang akan digunakan, berarti para pengguna benih terhindar dari berbagai kerugian yang dapat terjadi pada usahataninya akibat dari rendahnya kualitas benih yang digunakan. Analisis kemurnian benih merupakan kegiatan untuk menelaah kapositipan fisik komponen-komponen benih, termasuk pula prosentase berat dari benih murni , benih tanaman lain/benih varietas lain, biji-bijian herba/Gulma dan kotoran benih.
Tujuan dari analisis kemurnian benih adalah untuk menentukan komponen benih berdasarkan berat komponen dalam contoh benih yang mencerminkan komposisi benih dalam lot. Selain itu juga untuk mengidentifikasi benih tanaman lain dan kotoran yang terdapat dalam contoh benih. Analisis kemurnian fisik benih dilakukan terhadap sample benih yang dikirim ke laboratorium. Analisis kemurnian benih ini sebaiknya dilakukan pertama kali sebelum pengujian-pengujian yang lain dilakukan, sebab nilai pengujian lain yang ingin diperoleh, misalnya daya kecambah, kadar air, kesehatan benih adalah nilai dari benih murninya bukan dari benih campuran.
Prinsip dari analisis kemurnian di laboratorium adalah memisahkan contoh benih dalam 3 (tiga) komponen yaitu komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih. Selanjutnya ketiga komponen tersebut diprosentasekan berdasarkan beratnya (Anonim 2002).
Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam memperoleh benih yang layak dijadikan sebagai bahan perbanyakan tanaman meliputi daya kecambah, kecepatan berkecambah, kemurnian benih, dan stuktur dan tekstur benih. Selain pengujian, kualitas benih sebagai bahan perbanyakan tanaman juga dipengaruhi oleh kadar air benih dan lama penyimpanan benih. Jika kadar air dalam benih tinggi maka benih tidak akan baik jika dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman.
Bila benih terlalu lama disimpan akan mengurangi kemampuan berkecambah benih. Hal ini dikarenakan benih yang kadar air nya tinggi serta waktu penyimpanan yang lama akan mengalami proses metabolisme sehingga terjadi perubahan dan perombakan senyawa-senyawa penting dalam benih sehingga mengurangi daya kecambah dan kecepatan berkecambah benih.
Dalam upaya peningkatan produksi tanaman hal utama yang menjadi prioritas adalah penyediaan benih yang bermutu tinggi yang bersertifikat yang telah diperlakukan secara khusus dengan pengujian-pengujian yang yang telah dilakukan oleh para ahli pemulia tanaman.
Benih merupakan bahan perbanyakan tanaman yang erat hubungannya dengan usaha peningkatan produksi tanaman yang membawa sifat dan informasi genitik dari pohon induknya. Benih bermutu tinggi atau benih berkualitas memiliki beberapa komponen penting yang menjadikannya sebagai benih unggul yang layak dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman. Komponen-komponen benih tersebut ialah daya kecambah, kecepatan berkecambah, kadar air, lama penyimpanan serta kemurnian benih. Daya kecambah benih akan mengalami kemunduran yang disebabkan oleh lamanya periode penyimpanan, kadar air yang tinggi sehingga viabilitasnya rendah (Nurwansyah, 2011).
Mutu benih terdiri dari banyak atribut atau sifat benih. Dipandang dari individu benih, sifat-sifat itu mencakup kebenaran-varietas, viabilitas, vigor, kerusakan mekanis, infeksi penyakit, cakupan perawatan, ukuran, dan keragaan. Jika dipandang dari populasi benih yang membentuk kelompok (lot), sifat-sifat mutu mencakup kadar air, daya simpan, besaran kontaminan (benih gulma dan tanaman lainnya), keseragaman lot, dan potensi keragaan. Benih bermutu tertinggi adalah benih yang murni genetis, dapat berkecambah, vigor, tidak rusak, bebas dari kontaminan dan penyakit, berukuran tepat (jika perlu), cukup dirawat (untuk jenis-jenis yang perlu dirawat), dan secara keseluruhan berpenampilan baik. Mutu yang ideal ini jarang tercapai. Agar lot benih memenuhi semua spesifikasi yang ideal, maka ditetapkan adanya standar mutu minimum. Standar minimum ini bukanlah tujuan, tetapi merupakan taraf terendah dari berbagai sifat mutu yang dapat diterima. Adapun tujuannya adalah berupa mutu yang tertinggi (Maruapey, 2010).



BAB 3. PEMBAHASAN

Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perbedaan tipe perkecambahan hipogeal dan epigeal yaitu pada perkecambahan hipogeal terjadi pembentangan ruas batang di bawah daun lembaga atau hipokotil sehingga mengakibatkan daun lembaga dan kotiledon terangkat ke atas tanah, misalnya pada kacang hijau (Phaseoulus radiatus). Sementara pada epigeal terjadi pembentangan ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap di bawah tanah. Misalnya pada biji kacang kapri (Pisum sativum).
Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya dihitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Tujuan analisis kemurnian adalah untuk menentukan komposisi benih murni, benih lain dan kotoran dari contoh benih yang mewakili lot benih. Fungsi pengujian pemurnian benih bagi pemulia tanaman dan teknologi benih adalah mampu menghasilkan varietas unggul baru tanaman yang lebih baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Sehingga varietas benih tanaman mengalami perkembangan dari waktu ke waktu menjadi lebih baik lagi.
Benih murni, adalah segala macam biji-bijian yang merupakan jenis atau spesies yang sedang diuji. Yang termasuk benih murni diantaranya adalah :
(1). Benih masak utuh.
(2). Benih yang berukuran kecil, mengkerut, tidak masak.
(3). Benih yang telah berkecambah sebelum diuji.
(4). Pecahan atau potongan benih yang berukuran lebih dari separuh benih yang sesungguhnya, asalkan dapat dipastikan bahwa pecahan benih tersebut termasuk kedalam spesies yang dimaksud.
(5). Biji yang terserang penyakit dan bentuknya masih dapat dikenali.
Benih tanaman lain, adalah jenis/ spesies lain yang ikut tercampur dalam contoh dan tidak dimaksudkan untuk diuji.
Kotoran benih, adalah benih dan bagian dari benih yang ikut terbawa dalam contoh. Yang termasuk kedalam kotoran benih adalah:
(1). Benih dan bagian benih.
(2). Benih tanpa kulit benih.
(3). Benih yang terlihat bukan benih sejati.
(4.) Biji hampa tanpa lembaga pecahan benih ≤ 0,5 ukuran normal.
(5). Cangkang benih.
(6). Kulit benih.
Lot benih adalah sekumpulan benih yang homogen baik dalam varietas, fenotipe maupun genotype yang berasal dari areal sumber benih.
Berikut merupakan cara kerja alat tipe Boerner :
a. Bersihkan alat dan wadah penampung biji.
b. Tutup katup bawah pada corong dan tempatkan bak penampung di bawah
masing-masing saluran.
c. Tuangkan biji ke dalam corong
d. Buka katup secepatnya. Biji akan turun mengikuti gravitasi sampai ke dalam
kerucut dimana biji akan terbagi menjadi 2 bagian dan dikumpulkan dalam
2 wadah penampung.
e. Untuk mencampur biji, ambil wadah penampung dan ulangi tahap b-d, paling tidak sekali untuk biji licin dan paling sedikit 2 kali untuk biji bersekam.
f. Untuk mengurangi jumlah sampel, ulangi tahap b – d, sehingga diperoleh
setengah dari jumlah sampel awal dalam setiap wadah penampung.
g. Bila diperlukan jumlah sub sampel yang lebih kecil, maka ulangi tahap b - d
dengan menggunakan biji yang berasal dari satu wadah penampung.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Pusat Budidaya : Cara Menghitung Komponen Kemurnian Benih. http://www.pusatbudidaya.com/cara-menghitung-komponen-kemurnian-benih-43320302102011. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Maruapey Ajang. 2010. Mutu Benih dan Hamabtan Dalam Memproduksi Benih Bermutu. http://ajangmaruapey.blogspot.com/2010/03/mutu-benih-dan-hambatan-dalam.html. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Nurwansyah. 2011. Wahana Pertanian : Sertifikasi Benih. http://wahanapertanian.blogspot.com/2011/02/sertifikasi-benih.html. Diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Qamara Wahyu dan Setiawan Asep. 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta.
Sutopo, Lita. 1985. Teknologi Benih. Malang. Rajawali press.

Laporan Pembiakan Tanaman II (TP) - PENGAMATAN SEL TUMBUHAN

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Setiap Organisme di dunia ini tersusun atas sel-sel yang saling berintegrasi membentuk suatu fungsi tertentu dalam tubuh makhluk hidup. Baik organisme tingkat seluler (uniseluler) maupun organisme Multiseluler. Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang mengamati jaringan gabus pada pada tumbuhan dengan menggunakan lensa pembesar.
Salah satu cara mengklasifikasikan sel adalah dengan mengamati apakah mereka hidup menyendiri atau berkelompok. Organisme – organisme beragam dari yang hanya memiliki satu sel (disebut sebagai organismE uniseluler) yang berfungsi dan mempertahankan kurang lebih secara independen, atau membentuk koloni – koloni dan hidup bersama, sampai pada sel – sel multiseluler dimana sel – sel tersebut memiliki spesiliasasi masing – masing dan biasanya tidak mampu bertahan mampu jika saling dipisahkan.
Salah satu perbedaan yang khas antara sel tumbuhan dengan sel hewan adalah pada sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam – macam. Ada yang berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari hewan yaitu vakuola, plastida, dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dari sel tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk melindungi isi sel atau lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati. Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong.
Pada sel eukariota pada umum setiap selnya memiliki membrane sel, sitolasma, dan inti sel atau nukleus. Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Sitoplasma didukung oleh jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk.

1.2 Tujuan
1. Mengamati dan mengenal Sel Mati.
2. Mengamati dan mengenal Sel Bawang Merah (Sel Tumbuhan).



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Sel adalah bagian struktural dan fungsional dari setiap organisme. Beberapa organisme, misalnya bakteri, merupakan uniseluler, yaitu terdiri dari hanya satu sel saja. Beragam organisme lainnya, misalnya manusia, adalah multiseluler (manusia diperkirakan memiliki 100.000 miliar sel dalam tubuhnya). Teori tentang sel yang pertama kali dikemukakan pada abad ke-19 menyatakan bahwa semua organisme tersusun atas satu atau lebih sel. Setiap sel berasal dari sebuah sel lainnya. Seluruh fungsi vital bagi organisme terjadi di dalam sel dan sel-sel tersebut mengandung informasi genetik yang dibutuhkan untuk mengatur fungsi sel dan memindahkan informasi kepada sel-sel generasi berikutnya. Setiap sel memenuhi kebutuhannya sendiri dan merawat dirinya sendiri pula. Mereka bisa mengambil zat-zat nutrisi, mengubahnya menjadi energi, menjalankan fungsi-fungsi khususnya, dan bereproduksi jika dibutuhkan. Setiap sel menyimpan seperangkat instruksinya sendiri untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Setiap sel memiliki kemampuan-kemampuan berikut :
1. Bereproduksi dengan cara membelah diri.
2. Metabolisme, termasuk mengambil bahan baku, memproduksi molekul-molekul berenergi dan melepaskan hasil produksinya. Kinerja sebuah sel tergantung pada kemampuannya untuk mengekstrak dan menggunakan energi kimia yang tersimpan dalam molekul-molekul organik. Energi ini didapatkan dari proses metabolisme.
3. Pembuatan protein-protein, mesin bagi sel-sel tersebut, misalnya enzim. Sebuah sel mamalia rata-rata terdiri dari 10.000 jenis protein yang berbeda.
4. Memberikan respon terhadap rangsangan eksternal dan internal seperti perubahan temperatur, pH atau kandungan nutrisi.
5. Mengatur lalu lintas vesikel (Iman, 2005).
Dinding sel merupakan salah satu ciri sel tumbuhan yang membedakannya dari sel hewan. Dinding ini melindungi sel tumbuhan, mempertahankan bentuknya, dan mencegah penghisapan air secara berlebihan. Pada tingkat kesuluruhan tumbuhan, dinding yang kuat yang terbuat dari sel khusus mempertahankan tumbuhan agar tegak melawan gaya gravitasi. Prokariota, jamur, dan sebagian protista juga memiliki dinding sel. Dinding sel tumbuhan jauh lebih tebal daripada membrane plasma, yaitu berkisar antara 0,1 mikrometer hingga beberapa mikrometer. Komposisi kimiawi yang tepat dari dinding ini beragam antar spesies lainnya dari satu jenis sel dengan sel jenis lainny di dalam tumbuhan yang sama, tetapi desain dasar dinding itu tetap (Reece dan Mitchell, 2002).
Sel dapat digolongkan menjadi dua berdasarkan ada tidaknya membran nukleus (membran inti), yaitu sel prokariot, jenis sel yang tidak dilengkapi dengan membran inti contohnya bakteri dan ganggang alga biru (Cyanophita); dan sel eukariot, yaitu jenis sel yang memiliki membran inti contohnya sel hewan, tumbuhan, fungi. Sel Prokariot; Bakteri sebagai organisme prokariotik yang merupakan organisme uniseluler memiliki struktur sel yang tidak memiliki membran inti. Struktur sel secara umum yang dimiliki oleh sel prokariot dapat kita lihat pada sel bakteri. Sementara Sel Eukariot memiliki struktur yang lebih komplek dibandingkan dengan sel prokariot. Sel eukariot memiliki membran inti yang memisahkan nukleus dengan sitoplasma. Sel ini juga memiliki struktur endomembran yang disebut dengan Organel. Organel - organel sel eukariot memiliki fungsi-fungsi tertentu yang menunjang kehidupan sel eukariot. Sel eukariot dibedakan atas sel hewan dan sel tumbuhan. Perbedaan yang mendasar antara kedua jenis sel tersebut adalah adanya beberapa bagian sel yang hanya dimiliki sel hewan (Sentrosom dan Lisosom) dan yang hanya dimiliki oleh sel tumbuhan (Plastida dan Dinding Sel) (Fatkhomi, 2009).
Sel – sel eukariotik terdapat pada semua hewan dan tumbuhan, tetapi ada sejumlah perbedaan penting antara sel – sel dari organisme – organisme dalam kedua kingdom tersebut. Sel – sel tumbuhan hamper selalu mengandung dinding sel ekstraselular, yang terbuat dari selulosa. Sel – sel hewan umumnya tidak memiliki dinding sel. Dinding sel ditemukan pula pada fungi dan bakteri, tetapi bukan terbuat dari selulosa. Vakuola merupaka ciri yang cukup menonjol pad asel – sel tumbuhan, tetapi jauh lebih tidak penting atau bahkan tidaka ada sama sekali pada sel – sel hewan. Sentriol biasanya ditemukan pada tumbuhan, sedangkan sel – sel hewan selalu memiliki sepasang sentriol yang terletak di luar nukleus (Fried dan Hademenos, 2006).
Meskipun antara sel hewan dan sel tumbuhan berebeda namun terdapat persamaa – persamaan dasar tertentu mengenai sifat, bentuk, dan fungsi dari bagian sel tersebut. Secara umum bagian – bagiab sel tersebut adalah membran sel, sitoplasma, mitokondria, retikulum endoplasma, aparatus golgi, lisosom, plastid, kloroplas, sentrosom, ribosom, vakuola, inti sel. Membran inti, mikrofilamen, dan dinding sel (Winarto, 1981).



BAB 3. PEMBAHASAN

Sel Tumbuhan, bagian terluar dari sel tumbuhan adalah dinding sel. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan penunjang. Dinding yang terbentuk pada waktu sel membelah disebut dinding primer dan setelah mengalami penebalan, berubah menjadi dinding skunder. Dinding primer sel merupakan selaput tipis yang tersusun atas serat-serat selulosa. Serat ini amat kuat daya regangnya. Dinding sel yang kaku tersusun atas polisakarida: hemiselulosa dan pektin. Dinding sel skunder dimiliki oleh sel-sel dewasa. Dinding skunder memiliki kandungan selulosa lebih banyak berkisar 41 - 45%, juga hemiselulosa dan lignin.
Diantara dinding dua sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, tersusun atas magnesium dan kalium pekat berupa gel. Diantara dua sel bertetangga (saling menempel) terdapat pori. Melalui pori ini dua sel dihubungkan oleh benang-benang plasma yang dikenal plasmodesmata. Dinding sel dibentuk oleh diktiosom. Bersama dengan vakuola, dinding sel berperan dala turgiditas sel (kekakuan sel). Hal itu yang mengakibatkan bentuk sel tetap. Sel tumbuhan memiliki vakuola yang lebih besar (dibanding sel hewan). Vakuola sel tumbuhan bersifat menetap. Sel-sel tumbuhan yang memiliki vakuola –paling– besar adalah sel-sel parenkim dan kolenkim. Selain itu sel tumbuhan memiliki organel yang tidak terdapat di dalam sel hewan, fungi, maupun prokariota seperti bakteri dan ganggang hijau-biru, yaitu plastida. Bentuk plastida bisa bulat, oval maupun cakram. Plastida dibedakan menjadi leukoplas, kromoplas dan kloroplas, dimana ketiganya merupakan perkembangan dari proplastida (plastida muda).
Sementara sel hewan tidak memiliki dinding sel. Protoplasmanya hanya dilindungi oleh membran tipis yang tidak kuat. Ada beberapa sel hewan khususnya hewan bersel satu, selnya terlindungi oleh cangkok yang kuat dan keras. Cangkok tersebut umumnya tersusun atas zat kersik dan pelikel, dijumpai misalnya pada Euglena dan Radiolaria. Secara umum sel hewan tidak memiliki vakuola. Jika ada vakuola, ukurannya sangat kecil. Pada beberapa jenis hewan bersel satu ditemukan adanya vakuola, misalnya pada Amoeba dan Paramaecium. Terdapat dua macam vakuola, yaitu vakuola kontraktil (alat osmoregulasi) dan vakuola non kontraktil (penyimpan makanan). Bagian paling besar pada sel hewan adalah nukleus. Dalam satu sel hewan terdapat dua sentriol. Kedua sentriol ini terdapat dalam satu tempat yang disebut sentrosom. Saat pembelahan sel, tiap sentriol memisahkan diri menuju kutub yang berlawanan dan memancarkan benang-benang gelendong pembelahan yang akan menjerat kromosom.
Perbedaan sel hidup dan sel mati yaitu pada sel hidup terdapat atau masih meliki inti sel dan sitoplasma contoh sel bawang merah. Sementara sel mati yaitu sel yang tidak memiliki inti sel dan sitoplasma contoh sel gabus pada ketela pohon.
Bentuk penampang sel gabus seperti bentuk segi delapan. Sel gabus tersusun rapid an rapat, di dalam dinding sel terlihat kosong. Sel gabus termasuk sel mati sehingga tidak memiliki inti sel.
Bentuk penampang sel bawang merah seperti balok yang disusun miring. Didalamnya terdapat cairan yang disebut cairan inti (nukleoplasma) yaitu berupa gel dan transparan dan cairan ini disebut karyorin yang mengandung senyawa kimia yang kompleks. Cairan ini berfungsi untuk melindungi vakuola.
Sel bawang merah termasuk sel hidup, karena sel bawang merah mempunyai inti sel,memiliki cairan didalamnya,dan ada aktifitas yang terjadi didalamnya seperti pertukaran zat dalam sel.


DAFTAR PUSTAKA

Fatkhomi Farid. 2009. Struktur dan Fungsi Sel. http://wordbiology.wordpress.com/2009/08/27/struktur-dan-fungsi-sel-2/ Diakses pada tanggal 9 Oktober 2011.

Fried H. George dan Hademenos J. George. 2006. BIOLOGI Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta.

Iman Hikmatul. 2005. SEL. http://hikmatulimanitb.multiply.com/journal/item/5?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem. Diakses pada tanggal 9 Oktober 2011.

Reece Campbell dan Mitchell. BIOLOGI Edisi Kelima – Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Winarto L.M. 1981. Penuntun Pelajaran Biologi. Ganeca Exact. Bandung.

Laporan Pembiakan Tanaman II (TP) - KASTRASI DAN HIBRIDISASI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di alam penyerbukan silang terjadi secara spontan. Penyerbukan tersebut terjadi dengan bantuan angin, serangga pollination dan binatang lainnya. Pada penyerbukan alami tidak diketahui sifat-sifat dari pohon induk apakah sifat dari pohon induk baik atau buruk sehingga tidak dapat dilakukan pengontrolan akibatnya hasilnya seringkali mengecewakan. Oleh karena itu agar persilangan dapat dikontrol dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan, maka manusia melakukan penyerbukan silang buatan. Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan
Sebelum melakukan hibridisasi, untuk menghindari tanaman menyerbuk sendiri, terlebih dahulu dilakukan kastrasi. Kastrasi biasanya dilakukan dengan beberapa cara yaitu, clipping method, forcing method, sucking method, dan hot water treatment. Dengan hibridisasi diharapkan akan diperoleh varietas yang mempunyai perpaduan sifat kedua induknya, sehingga diharapkan akan dapat dihasilkan varietas unggul yang mempunyai produksi tinggi, tahan serangan hama dan penyakit, dan tahan kekeringan. Hibridisasi yang dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan maka perlu dilakukan pemilihan induk yang memiliki potensi genetik yang diinginkan. Pemilihan induk ini sangat tergantung pada karakter tanaman yang akan digunakan, yaitu apakah termasuk karakter kualitatif atau kuantitatif. Tujuan dari setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk menyatukan gamet jantan dan gamet betina yang diinginkan dari induk yang terpilih

1.2 Tujuan
1. Kastrasi : untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri (self fertilization)
2. Hibridisasi : untuk mengawinkan dua jenis tanaman yang mempunyai sifat-sifat berbeda dan hendak menyatukannya dalam satu tanaman


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendapatkan varietas unggul dapat ditempuh melalui beberapa metode. Metode pemulian tanaman ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan ataupun cara perkembangbiakan tanaman. Metode untuk tanaman menyerbuk sendiri berbeda dengan untuk tanaman yang menyerbuk silang. Metode untuk tanaman yang dikembangbiakan sacara seksual berbeda dengan yang dikembangbiakan secara aseksual. Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan (Sunarto, 1997).
Persilangan atau hibridisasi merupakan perkawinan di antara dua individu tanaman atau hewan yang bersala dari spesies yang sama, tetapi berbeda sifat genetiknya. Persilangan pada tanaman misalnya persilangan pada bunga-bunga. Contohnya persilangan bunga A yang memiliki warna merah (MM), bunga mekar seragam (GG), namun ukuran bunga kecil (ss), dan jumlah bunga sedikit (nn), dengan bunga B yang memiliki karakter warna putih (mm), bunga mekar tidak seragam (gg), ukuran bunga besar (SS) dan jumlah bunga banyak (NN). Hasil persilangannya adalah bunga hibrid (hasil persilangan) dengan semu sifat dominan (MmGgSsNn). Oleh karena hibrid merupakan heterezigot dan bukan merupakan galur murni, untuk mendapatkan hibrid F1 yang sama perlu dilakukan persilangan terus-menerus dengan menggunakan parental yang sama. Bila ingin memperoleh galur murni maka hibrid F1 disilang kembali dengan sesamanya. Melalui persilangan yang berulang-ulang akan diperoleh galur murni dengan karakter yang diinginkan (Aryulina dkk, 2006)
Kastrasi dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 karena bunga padi dapat lekas mekar pada cuaca yang terang dan banyak mendapat sinar matahari. Bunga yang akan dikastrasi dipilih bunga yang belum mekar atau hampir mekar sehubungan dengan itu maka pertumbuhan kuncup bunga perlu diamati dengan seksama. Kastrasi dapat dilakukan pada pagi hari hingga pukul 08.00 yaitu pada suhu rendah dengan udara yang cukup lembab, maka kepala sari itu biasanya masih tertutup rapat, sehingga dengan mudah benang sari dapat dibuang dalam keadaan utuh. Kastrasi dilakukan dengan cara menggunting sepertiga bagian bulir padi Mentik Wangi kemudian dikumpulkan benang sarinya. Selanjutnya untuk menghindari jatuhnya serbuk sari yang tidak diinginkan sebaiknya bunga diisolasi dengan menggunakan kantong kertas, baik sebelum atau sesudah persilangan dilakukan.
Pengerudungan (cover off) pada bunga tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu pembuahan dan perkembangan embrio.
Hibridisasi dilakukan pada siang hari, sekitar pukul 10.30. Dilakukan dengan cara menaburkan benang sari varietas IR-72 sebagai induk jantan ke kepala putik varietas Mentik Wangi sebagai induk betina dengan menggunakan kuas. Tujuan dari hibridisasi adalah menggabungkan dua sifat dari dua varietas tanaman ke dalam satu tubuh tanaman. Oleh karena itu, sifat tanaman hasil persilangan (F1) merupakan gabungan sifat diantara kedua tetuanya. Faktor lain yang harus diperhatikan dalam melakukan hibridisasi adalah lamanya daya hidup (viabilitas) serbuk sari. Untuk tanaman serealia, viabilitas serbuk sari relatif sangat singkat biasanya hanya bertahan dalam beberapa menit saja. Sedangkan untuk tanaman tahunan dan buah-buahan serbuk sari masih bisa bertahan hidup normal meskipun telah disimpan selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun lamanya (Nasir, 2001).
Pada bunga hermaphrodite, khususnya yang bersifat cleistogami, kastrasi harus dilakukan secara teliti dan cermat ; dan betul-betul dilakukan sebelum tepung sari bunga tersebut masak. Bila kastrasi telah dilakukan dengan baik, pada bunga tersebut perlu dilakukan penutupan atau pembungkusan dengan kertas atau amplop tertentu untuk menghindari terjadinya penyerbukan asing yang tidak dikehendaki. Pada waktunya, terhadap bunga-bunga yang telah dikastrasi tersebut dilakukan penyerbukan dengan menggunakan tepung sari dari tetua jantan yang dikehendaki. Sesudah dilakukan penyerbukan, bunga tersebut ditutup atau dibungkus kembali. Untuk tanaman penyerbukan sendiri, setelah dilakukan persilangan dan penanaman biji hasil persilangannya, penanganan, pemilihan terhadap keturunan yang mengalami segregasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : (a) secara pedigree dan (b) secara bulk. Disamping itu, pada tanaman penyerbukan sendiri dikenal pula metode pemuliaan secara back-cross dan single seed descent (Mangoendidjojo W, 2003).


BAB 3. PEMBAHASAN

Kastrasi dan hibridisasi adalah teknik yang digunakan oleh para pemulia tanaman untuk meningkatkan produktifitas dari tanaman yang dimuliakan, kastrasi ini adalah proses untuk menghilangkan kelamin jantan dari suatu bunga. Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi jenisnya. Pada peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetikyang diperoleh melalui persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya. Emaskulasi atau sering disebut kastrasi merupakan pengambilan tepung sari pada kelamin jantan agar tidak terjadi penyerbukan sendiri. Oleh karena itu, kastrasi dan hibridisasi merupakan salah satu tekhnik atau cara memperbanyak tanaman untuk menghasilkan keturunan yang jauh lebih baik dari induknya.
Manfaat kastrasi antara lain, merangsang pertumbuhan vegetative dan menghemat penggunaan pertumbuhan vegetative dan menghemat musim kering panjang, tanaman menjadi bersih sehingga terhindar dari serangan hama,kastrasi yang diikuti dengan penyerbukan bantuan (assisted pollination) pada panen pertama akan menghasilkan tandan yang sempurna dan lebih berat sekaligus meingkatkan kapasitas panen. Dan manfaat dari hibridisasi diharapkan bisa terbentuk suatu jenis tanaman yang mempunyai kromosom yang poluploid, yakni susunan kromosom tanaman yang mempunyai sifat ganda dan lebih dari susunan kromosomnya asalnya. Hal ini dapat menciptakan suatu jenis atau spesies baru yang dapat meningkatkan produksi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, umur pendek, dan sebagainya. Orang yang pertama kali mengetahui adanya kenaikan daya hasil generasi dari persilangan galur-galur pada jagung adalah Shull pada tahun 1909 dan cara – cara yang disarankan masih tetap dipakai hingga sekarang.
Anatomi dan Morfologi Bunga Turi : Merupakan bunga majemuk dengan karangan bunga berbentuk tandan (recemus), pembungaan tandan terdapat diketiak daun terdiri dari 2-4 bunga, bunga ada yang berwarna putih, kekunungan, merah dan merah muda. Dan termasuk kedalam bunga bisexualis. Perhiasan bunga terdiri dari calyx 5 sepal bersatu berwarna hijau, dan corolla 5 petal yang saling lepas, 1 petal yang besar disebut bendera atau vexilum, 2 sayap atau ala dan dibagian bawahnya terdapat dua daun mahkota yang saling berlekatan yang disebut carina (lunas). Benang sari berjumlah 10 buah, 9 bersatu dan satu lepas (diadepus) sama panjang, pistilum 1 buah dengan letak ovarium superum, terdiri dari 1 loculus 1 carpelum, jumlah ovulum bisa satu sampai banyak ovulum dengan letak ovulum parietalis.
Taksonomi Turi : Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas: Rosidae, Ordo: Fabales, Famili: Fabaceae (suku polong-polongan), Genus: Sesbania, Spesies: Sesbania grandiflora.
Anatomi dan Morfologi Bunga Tembakau : Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang berbentuk malai, masing-masing bunga bentuknya seperti terompet dan mempunyai bagian-bagian seperti kelopaknya berlekuk mempunyai 5 pancung, mahkota bunganya berbentuk terompet berlekuk 5 dan berwarna merah jambu atau merah tua bagian atasnya dan berwarna putih dibagian bawahnya. Taksonomi Tembakau : Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo : Solanales, Famili : Solanaceae (suku terung-terungan), Genus : Nicotiana, Spesies : Nicotiana tabacum L.
Anatomi dan Morfologi Bunga Tomat : Terdapat batang atau daun yang meleka pada buku atau internodus, termasuk daun majemuk menyirip gasal, tidak sempurna. Bunga tumbuh di ketiak, kuncup aksiler yang merupakan bunga sempurna karena terdapat putik dan benang sari sehingga dapat langsung terjadi pembuahan. Bisa juga pada ujung batang terdapat kuncup terminal. Bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning. Taksonomi Tomat : Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo: Solanales, Famili : Solanaceae (suku terung-terungan), Genus : Solanum, Spesies : Solanum lycopersicum L.
Anatomi dan Morfologi Bunga Jagung Jantan dan Betina : Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Taksonomi Bunga Jagung Jantan dan Betina : Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas : Liliopsida (berkeping satu atau monokotil), Sub Kelas : Commelinidae, Ordo : Poales, Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan), Genus : Zea, Spesies : Zea mays L.
Anatomi dan Morfologi Bunga Pletekan : Bunga pletekan biasanya berwarna ungu dan sering dijumpai di pinggir sungai. Bentuknya sama seperti bunga biasa pada umumnya. Taksonomi Bunga Pletekan : Kingdom : Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh), Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji), Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga), Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub Kelas : Asteridae, Ordo : Scrophulariales, Famili: Acanthaceae, Genus : Ruellia, Spesies : Ruellia tuberosa L.


DAFTAR PUSTAKA

Aryulina Diah dkk. 2006. Biologi 3 SMA dan MA untuk kelas XII. ESIS : Jakarta

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisiun : Yogyakarta.

Soenarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press. Semarang.

Laporan Pembiakan Tanaman II (TP) - POPULASI TANAMAN ALLOGAME

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain, digunakan untuk menumbuhkan karakter. Gen-gen itu mungkin terdapat pada kromosom sama (berangkai), mungkin pula pada kromosom berbeda. Setelah penemuan Mendel dan penelitian awal tentang pewarisan sifat secara bebas, diketahui bahwa tidak semua keturunan yang bersegregasi dapat dipisahkan menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana. Keragaman nisbah genetika Mendel ini dapat dijelaskan berdasarkan adannya interaksi gen, yaitu pengaruh satu alel terhadap alel lain pada focus yang sama dan juga pengaruh satu gen pada satu lokus terhadap gen pada lokus lain.
Melalui temuan Hardy Weinberg kita bisa menghitung genotipe maupun alel yang notabene tidak tampak oleh kasat mata. Selama ini Temuan Mendel hanya bisa digunakan untuk menghitung proporsi atau perbandingan yang tampak (fenotipe), Misalnya presentase warna bunga sepatu antara merah, merah muda, dan putih. Tetapi bukan berarti temuan Mendel tidak berharga sama sekali, justru hukum Mendel ini dijadikan patokan untuk penemuan atau cabang – cabang ilmu genetika selanjunya atau temuan setelah mendel. Hardy Weinberg hanyalah sebuah pengembangan dari temuan Mendel, penemuan Hardy Weinberg dapat di rumuskan p2 (AA) + 2 pa (Aa) + q2 (a) = 1.
Contoh dari tanaman allogame adalah jagung, kedelai, dan kacang hijau, persilangan allogame akan mengalami segregasi. Segregasi merupakan proses pemisahan gen pada saat pembentukan gamet, sehingga separuh gamet akan terbentuk akan membawa satu anggota dari pasangan gen tersebut dan separuh lainnya gen pasangannya. Segregasi ada dua macam, yakni segregrasi monohibrida dan segregasi dihibrida.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui komposisi genetic dari tanaman allogame dan segregasi dari keturunannnya.
2. Untuk mengetahui pengaruh seleksi terhadap perubahan komposisi genetic dari populasi


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya. Secara garis besar, hokum ini mencakup tiga pokok: 1). Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R) 2). Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah). 3). Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya (Fia, 2010).
Menurut Walsh (1991), segregasi monohibrida ialah segregasi dimana hibrid F1 yang menghsilkan satu atau dua karakter biji berbeda, sepenuhnya akan berkarakter seperti F1, sedangkan separuh lainnya tetap membentuk keturunan yang menerima karakter dominan atau resesif, masing – masing dalam jumlah yang seimbang. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa setiap turunan yang dihasilkan F1 akan memperlihatkan kelompok – kelompok dengan variasi karakter yang dominan atau resesif. Separuh lainnya akan bersegregasi sama seperti pola segregasi pada F1 . Sedangkan segregasi Dihibrida menyebutkan bahwa suatu tanamaan hibrida yang memiliki beberapa karakter disilangkan, maka turunan tersebut akan menghasilkan seri kombinasi karakter yang berpasangan. Pada turunan berikutnya, masing – masing pasangan tersebut ternyata bermunculan secara bebas dari karakter pasangan induknya. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bila ada faktor keturunan (alel) yang berbeda, maka faktor keturunan yang berbeda tersebut tidaklah saling mempengaruhi. Masing – masing peluang mempunyai peluang matematika yang tidak saling menentukan dalam pemunculan pewarisan sifat pada tanaman. Istilah dihibrida menjelaskan adanya pewarisan faktor keturunan yang mempunyai perbandingan jumlah individu 9 : 3 : 3 : 1 atau dengan variasi angka itu (Walsh, 1991).
Hukum Hardy Weinberg memudahkan kita dalam asumsi apakah suatu populasi berada dalam keseimbangan yang stabil frekuensi alelnya yakni dengan membandingkan populasi alel dalam lokasi pada lokasi berada, kita dapat menentukan apakah terjadi penyimpangan atau keseimbangan. Hardy Weinberg sadar bahwa keseimbangan alel dalam suatu populasi dapat digambarkan dengan rumus sederhana, penjabaran binomial (Crowder, 1986).
Kesimpulan dari Teorema Hardy-Weinberg berlaku hanya apabila sesuai dengan asumsi sebagai berikut:
1. Seleksi alam tidak bertindak pada lokus tersebut (yaitu, tidak ada perbedaan konsisten dalam probabilitas kelangsungan hidup atau reproduksi antara genotipe).
2. Baik mutasi (asal alel baru) maupun migrasi (pergerakan individu dan gen mereka ke dalam atau keluar dari populasi) adalah memperkenalkan alel baru ke dalam populasi.
3. Ukuran populasi tak terbatas, yang berarti bahwa pergeseran genetik tidak menyebabkan perubahan acak pada frekuensi alel karena kesalahan sampling dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tentu saja, semua populasi alam terbatas dan dengan demikian tunduk melayang, tapi Hardy-Weinberg berharap pengaruh drift akan lebih menonjol di kecil daripada di populasi yang besar.
4. Individu dalam populasi secara acak pasangan sehubungan dengan lokus dalam pertanyaan. Meskipun kawin nonrandom tidak berubah frekuensi alel dari satu generasi ke generasi berikutnya jika asumsi lainnya terus, itu bisa menghasilkan penyimpangan dari frekuensi genotipe yang diharapkan, dan dapat mengatur panggung untuk seleksi alam menyebabkan perubahan evolusioner.
Jika frekuensi genotipe dalam suatu populasi menyimpang dari hukum Hardy-Weinberg, hanya dibutuhkan satu generasi perkawinan acak untuk membawa mereka ke proporsi ekuilibrium, asalkan asumsi-asumsi di atas berlaku, bahwa frekuensi alel sama pada jantan dan betina (atau yang lain yang individu adalah hermafrodit), dan bahwa lokus autosomal. Jika frekuensi alel berbeda antara jenis kelamin, dibutuhkan dua generasi perkawinan acak untuk mencapai kesetimbangan Hardy-Weinberg. Sex-linked lokus membutuhkan beberapa generasi untuk mencapai keseimbangan karena satu jenis kelamin memiliki dua salinan gen dan jenis kelamin yang lain hanya memiliki satu (Andrews, 2010).


BAB 3. PEMBAHASAN

Pada tanaman yang menyerbuk sendiri tidak akan mengalami perubahan kromosom karena benang sari dan putik berada dalam satu tempat yang sama. Sehingga tidak membutuhkan benang sari atau putik dari tanaman lain/tetangga yang sejenis. Dan hal itulah yang menyebabkan kromosom pada tanaman yang menyerbuk sendiri tidak akan berubah. Demikian juga pada gen pembawa sifat yang terdapat didalam lokus tidak akan berubah sehingga hasil anakan dari induk tanaman tersebut memiliki sifat yang sama dengan induknya.
Hukum Hardy Weinberg mengatakan bahwa : “Dalam suatu populasi yang besar, bila tidak ada gaya – gaya yang mengubah frekuensi relative masing – masing alel akan tetap dari generasi ke generasi selanjutnya”. Bila frekuensi alel A = p dan alel a = 1-p = q, maka perbandingan genotipenya adalah : p2 AA = 2 pq Aa + q2 aa = 1. Gaya – gaya yang mempengaruhi frekuensi gen antara lain : mutasi seleksi dan migrasi. Keadaan equilibrium (seimbang) akan di capai dalam suatu generasi kawin acak. Contoh : suatu populasi terdiri dari dua macam individu AA dan aa dengan perbandingan 1 : 9, maka frekuensi relative A : a = p : q = 0,1 : 0,9. Sehingga hasil perkawinan randomnya :


0,1 A
0,9 a
0,1 A
0,01 Aa
0,09 Aa
0,9 a
0,09 Aa
0,81 aa

AA = 0,01 = p2
Aa = 0,81 = pq
Aa = 0,81 =q2

Frekuensi alel A dan a adalah :
A = 0,01 (AA0 +0,009 (Aa)) = 0,1 = p
A= 0,09 (Aa) + 0,81 (aa) = 0,9 q

Koreksi Yates adalah sebuah rumus kontinuitas yang ditemukan oleh F Yates pada tahun 1934. Koreksi Yates digunakan untuk menyempurnakan rumus pengujian chi-kuadrat dengan table 2x2 yang apabila digunakan akan terjadi penaksiran yang kecil sehingga banyak terjadi penolakan hipotesis. Hal ini disebabkan karena terjadinya pendekatan distribusi binomial ke distribusi normal. Standar deviasi adalah pengukuran banyak digunakan variabilitas atau keragaman yang digunakan dalam statistik dan teori probabilitas. Hal ini menunjukkan berapa banyak variasi atau "dispersi" ada dari rata - rata (rata - rata atau nilai yang diharapkan). Sebuah standar deviasi rendah menunjukkan bahwa titik data tersebut cenderung sangat dekat dengan kebenaran, sedangkan standar deviasi tinggi menunjukkan bahwa data yang tersebar di berbagai macam nilai-nilai.
Uji silang (test cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe yang homozigot resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan. Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotipe parental yang diuji. Bila semua gamet individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu organisme yang menunjukkan sifat dominan homozigot atau heterozigot adalah untuk alel tertentu, kita bisa melakukan tes silang. Organisme yang dimaksud adalah disilangkan dengan organisme yang homozigot untuk sifat resesif, dan keturunan dari uji silang diperiksa. Jika hasil tes silang dalam setiap keturunan resesif, maka organisme induk heterozigot untuk alel tersebut. Jika hasil tes silang hanya keturunan fenotip dominan, maka organisme induk adalah homozigot dominan untuk alel tersebut. Perbedaan test cross atau uji silang monohibrida dan hibrida yaitu pada uji silang monohibrida menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah. Namun pada uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor yang berpisah dan berpilih secara bebas.


DAFTAR PUSTAKA

Andrews. 2010. The Hardy-Weinberg Principle. http://www.nature.com/scitable/knowledge/library/the-hardy-weinberg-principle-13235724 diakses pada tanggal 25 September 2011.

Crowder. 1986. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta : UGM. Diterjemahkan oleh Ir. Lilik Kusdiarti, M.Sc.

Fia. 2010. Perbandingan Genetika Tiruan dengan Random Sampling. http://gurumuda.com/bse/hukum-mendel diakses pada tanggal 25 September 2011.

Welsh.1991. Dasar – Dasar dan Pemuliaan Tanaman. Surabaya : Unair. Diterjemahkan oleh Johanis P. Mogea