Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Laporan Produksi Tanaman I (TP) - JAGUNG

Jumat, 09 Maret 2012

Laporan Produksi Tanaman I (TP) - JAGUNG

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman jagung merupakan tergolong tanaman C4 dan mampu beradaptasi dengan baik pada faktor pembatas pertumbuhan dan produksi. Tanaman yang termasuk dalam kelas monocotyledone, ordo graminae, familia graminaceae, genus zea, species Zea mays. L ini merupakan tanaman berumah satu (monoecious). Bunga jantan (staminate) terbentuk pada malai dan bunga betina (tepistila) terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi masih dalam satu tanaman . Jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80 - 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Jagung merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak.
Tanaman jagung membutuhkan tanah yang bertekstur lempung, lempung berdebu, atau lempung berpasir dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainase baik, serta endap air. Keadaan tanah ini dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanahnya subur, gembur dan kaya bahan organik. Tanah yang kekurangan air dapat menimbulkan penurunan produksi jagung hingga 15%. Tanaman jagung tahan terhadap pH tanah 5,5 sedangkan pH tanah yang paling baik adalah 6,8. Dari hasil penelitian bahwa reaksi tanah pH 6,8 dapat menimbulkan hasil yang tinggi. Pada tanah dengan pH 7,5 dan pH tanah di bawah 5,7 pada jagung cenderung menurun.
Walaupun jagung termasuk tanaman yang relatif tahan terhadap kondisi tanah yang kering sebagai tempat tumbuhnya, tanaman ini seringkali masih mengalami kekeringan di beberapa daerah di Indonesia, sehingga produksinya juga semakin turun. Selain faktor kekeringan, serangan hama juga menjadi masalah yang dapat menurunkan hasil produksi jagung. Jagung sangat rentan terhadap serangan hama, baik pada musim penghujan maupun musim kemarau. Untuk mengatasi masalah serangan hama tersebut, para petani lebih sering menggunakan pestisida kimia. Padahal, penggunaan pestisida berlebih justru dapat merusak lingkungan. Untuk itu, diperlukan teknik-teknik yang dapat mengatasi segala permasalahan yang ada dan dapat meningkatkan hasil produksi jagung.
Untuk memperoleh produksi jagung yang optimal, selain faktor morfologi diatas faktor lingkungan juga menentukan produktivitas tanaman jagung. Ada beberapa persyaratan tumbuh jagung yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil yang optimum diantaranya adalah iklim, tanah, dan tinggi tempat. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap produksi adalah populasi tanaman yang berkaitan dengan jarak tanam dimana akan menyangkut sarana hidup tanaman. Sarana tersebut antara lain berupa unsur hara, cahaya, matahari, serta pertumbuhan hama dan penyakit dan ruang tumbuh.

1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.

1.2.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung.
2. Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman jagung yang baik sesuai dengan kondisi tanah.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Jagung merupakan tanaman semusim yang mempunyai siklus hidup 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif dan disebut sebagai varietas profilik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2 - 5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri). Bunga betina jagung berupa “tongkol” yang terbungkus oleh semacam pelepah daun dengan “rambut”. Pada jagung manis kandungan gula relatif lebih tinggi daripada jagung biasa (Sarasutha, IG.P. 2002).
Penanaman jagung yang biasa dilakukan oleh para petani pada umumnya mempergunakan alat sederhana yang disebut tugal. Tugal adalah alat semacam tongkat yang terbuat dari kayu dan pada salah satu ujungnya dibuat meruncing. Tugal tersebut ada yang bermata tunggal, tetapi ada juga yang bermata dua atau tiga sesuai dengan lubang yang akan dibentuk. Alat tersebut digunakan dengan cara ditugalkan ke dalam tanah sesuai dengan pengaturan jarak tanam tertentu dengan kedalaman lubang antara 2,5 cm sampai 5 cm. Tugal ini sebenarnya dapat digantikan dengan cangkul kecil untuk menanam jagung.
Setelah lubang terbentuk, benih yang telah dipersiapkan sebelumnya dimasukkan ke dalam lubang. Selanjutnya lubang yang sudah ada benihnya ditutup dengan baik. Biasanya penanaman ini dilakukan oleh dua orang yaitu satu orang membuat lubang dengan tugal, sedangkan yang lain mengisi lubang dengan benih sekaligus menutup lubang. Untuk penutupan lubang ini diusahakan tidak terlalu padat, namun juga tidak mudah terambil atau tersembul keluar sehingga dapat dimakan burung atau ayam.
Kedalaman penanaman dan penutupan lubang ini sangat berpengaruh terhadap perkecambahan benih. Kondisi benih yang baik dan lingkungan yang mendukung, termasuk kelembapan tanah dan suhu juga sangat mempengaruhi perkecambahan (Aak, 2001).
Pada umumnya tanaman jagung ditanam pada lahan yang kering dengan cara multikultur, artinya ditanama bersama dengan beberapa jenis tanaman yang lain. Namun, penanaman jagung pada lahan kering ini tidaklah mutlak, sebab ternyata tanaman jagung juga dapat tumbuh pada lahan basah yang terdapat pengairan serta sawah tadah hujan, secar monokultur yaitu menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman. Cara penanaman jagung ada 2 cara yaitu : (1). Multikultur ; adalah penanaman lahan dengan banyak jenis tanaman yang berbeda – beda secara bersama – sama dalam waktu yang sama. Misalnya dalam satu waktu pada suatu lahan ditanami jagung, ketela pohon, dan kacang tanah. Cara ini sering disebut juga degan istilah tumpang sari, yang mempunyai tujuan agar kesuburan tanah tetap terjaga, yaitu dengan menjaga keseimbangan persediaan unsure hara. (2). Monokultur : adalah menanami lahan hanya dengan satu jenis tanaman secara berselang seling atau bergantian. Misalnya sekarang jagung, tahap yang kedua padi atau sebaliknya. Penanaman dengan cara ini disebut dengan istilah rotasi tanaman. Rotasi tanaman pada dasarnya memiliki tujuan yang hamper sama dengan tumpang sari, hanya saja waktu penanamannya yang berbeda maka pengambilan unsur hara yang ada di dalam tanah juga bergantian. Tapi dengan cara bergantian pula unsure itu akan berkurang, sehingga diharapkan dengan penanaman yang bergantian, keseimbangan jumlah unsur – unsur dalam tanah juga tetap terjaga (Rochani, 2003).
Menurut Bahar (2002), terdapat beberapa metode penentuan fase pertumbuhan jagung. Metode yang umum digunakan adalah metode leaf collar, yaitu menentukan fase pertumbuhan berdasarkan jumlah daun yang tidak lagi membungkus batang atau telah terbuka sempurna selama fase vegetatif, termasuk daun pertama yang muncul, round-tipped leaf. Metode penentuan fase pertumbuhan perlu diketahui dalam budi daya tanaman. Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu:
1) Fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama;
2) Fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk;
3) Dan fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan pada tanaman jagung antara lain :
a. Tumpang sari ( Intercropping ) :
Melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ) :
Dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ) :
Pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
Penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu (Kasryno, 2002).
Hama jagung diketahui menyerang pada seluruh fase pertumbuhan tanaman jagung, baik vegetatif maupun generatif. Hama yang biasa ditemukan pada tanaman jagung adalah lalat bibit (Atherigona sp.), penggerek batang (Ostrinia furnacalis), penggerek tongkol (Helicoverpa armigera), pemakan daun (Spodoptera litura), kutu daun (Aphis sp). dan belalang (Locusta sp.) (Adnan, 2009).


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Teknik Produksi Tanaman Jagung ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Oktober 2011 Pukul 14.00 WIB, di Agrotechno Park, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll Meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba

3.2.2 Bahan
1. Benih jagung
2. Benih kedelai
3. Tanah
4. Pupuk Urea SP-36, KCL
5. Polibag (40 x 60)
6. Tanah kering angin

3.2.3 Cara Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menyiapkan media tanaman dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin
c. Mengambil sampel tanah kemudian dianalisi dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah
d. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg kedalam polibag, untuk perlakuan dengan menambah BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air
e. Menanam benih jagung dan kedelai pada masing-masing perlakuan, sati lubag diisi 2 benih
f. Pemupukan SP-36 dan KCL serta penambahan BO sesuai dengan dosis anjuran dari analisi sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan
g. Melakukan pengamatan secara rutin.


DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2001. Seri Budidaya Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Adnan, A.M. 2009. Teknologi Penanganan Hama Utama Tanaman Jagung. Prosiding Seminar Nasional Serelia

Bahar, F. A. 2002. Pembangunan Ekonomi Pedesaan melalui Pengembangan Jagung. Paper Bahan diskusi pada Balai Penelitian Tanaman Serealia, 12 Juli 2002

Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Kedelai Dunia Selama Empat Dekade yang Lalu dan Implikasinya bagi Indonesia. Makalah disampaikan Pada Diskusi Nasional Agribisnis Jagung, di Bogor, 24 Juni 2002, Badan Litbang Pertanian.

Rochani Siti. 2003. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press. Bogor.

Sarasutha, IG.P. 2002. Kinerja Usaha Tani dan Pemasaran Jagung Di Sentra Produksi. Jurnal Litbang Pertanian, 21(2). 2002.

4 komentar:

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.