Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Tugas MK Agroekologi - Agroekosistem Kawasan Pesisir

Jumat, 09 Maret 2012

Tugas MK Agroekologi - Agroekosistem Kawasan Pesisir

Agroekosistem Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir merupakan salah satu bentuk karakteristik wilayah yang banyak kita jumpai di Indonesia. Dibanding dengan yang lainnya, pesisir merupakan salah satu kawasan yang unik dibandingkan dengan kawasan lainnya. Unsur- unsur dalam kawasan pesisir yang meliputi bentuk lanscape dan gambaran bentuk lahan memberikan ciri khas tersendiri, termasuk jenis tanah yang umumnya ada di kawasan ini. Jenis tanah di kawasan pesisir berkaitan erat dengan kondisi tanaman dan pengelolaan tanaman di kawasan itu sendiri, termasuk budaya masyarakat dalam mengelola usaha tani. Keunikan kawasan pesisir pada kenyataanya merupakan sebuah potensi sehingga pemanfaatan lahan pesisir dalam berbagai bidangpun sudah banyak dilakukan. Hal ini kemudian mempengaruhi perubahan kondisi penduduk sehingga terkadang banyak memunculkan berbagai permasalahan.
Kawasan pesisir dapat didefinisikan melalui pendekatan ekologisnya sebagai suatu kawasan pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat laut seperti angin laut, pasang surut, dan intrusi air laut. Sedangkan batas ke arah laut (darat) mencakup bagian perairan pantau sampai batas terluar dari paparan benua (continental) yang masih dipengaruhi oleh proses alamiah yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar (Dahuri et.al.,2001).
Jadi pada dasarnya garis batas kawasan pesisir hanyalah merupakan garis khayal yang letaknya dipengaruhi kondisi setempat dan secara konstan berubah karena proses natural yang sangat dinamis (Kay dan Alder,1999). Di kawasan pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas dapat berada jauh dari garis pantai, sedangkan di pantai yang curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, kawasan pesisirnya sempit (Supriharyono,2002).
Secara keseluruhan, tipologi pesisir Indonesia didominasi oleh tipologi pesisir berlumpur dengan ekosistem mangrove dibudidayakan dengan panjang 10.654 km atau 16,45%, manakala yang paling sedikit ekosistemnya berupa tipologi pesisir berbatu.
Salah satu wilayah yang memiliki kawasan pesisir di Indonesia adalah daerah Provinsi Lampung. Wilayah pesisir Lampung merupakan pertemuan antar dua fenomena, yaitu laut (laut jawa dan samudra hindia) dan darat (pegunungan bukit barisan selatan dan dataran bagian rendah aluvial di bagian timur propinsi lampung ini). Wilayah pesisir ini bermula dari daratan pasang air tinggi sampai ke pinggiran paparan benua (continental shelf).
Kawasan pesisir memiliki keunikan tersendiri dari kawasan-kawasan lainnya. Selain karena tersusun antara komponen darat dan laut, rupanya kedua komponen ini cenderung fluktuatif tergantung dari pasang surutnya
Tipe karakter landscape kawasan pesisir meliputi hutan bakau, tambak, estuaria, dan gumuk pasir. Alam pesisir tersebut memiliki sifat, bentuk dan kekuatan yang berbeda-beda. Sifat alam pesisir meliputi penguapan, suhu musiman dan salinitas estuarinya. Bentuk landscape kawasan pesisir antara lain dataran pesisir, danau, gumuk pasir, tambak dan topografi yang dominan lainnya. Sedangkan kekuatan alam pesisir meliputi angin, pasut, ombak, arus laut, erosi, radiasi matahari, serta sinar bulan. Keindahan landscape pesisir bervariasi mulai dari yang halus, seperti hembusan angin laut, hingga yang dinamis dan keras seperti ombak.

Lahan di kawasan pesisir umumnya merupakan tanah berpasir jenis loose/porous (mudah meloloskan air) sehingga selain cekaman salinitas, cekaman kekeringan pun juga disediakan oleh tanah model loose/porous ini dengan tingkat kesuburan yang relatif rendah. Kondisi iklim (terutama angin) yang bertiup kencang dan mampu merobohkan tanaman semusim apabila tanpa pelindung (pagar).
Tanah loose pada kawasan pesisir yang cenderung didominasi oleh tanah berpasir memiliki karakteristik tertentu dimana tanah pasir ini memiliki kemampuan untuk menyerap / menahan air yang cenderung diperlukan tanaman. Tanah pasir ini bersifat longgar sehingga mudah merembeskan air, dengan kata lain tata udara dalam pasir sangat baik karena pori-pori tanah pasir lebih besar dari tanah normal biasanya. Karena udara mudah masuk, maka tanah pasir cepat mengering. Selain itu tanah pasir merupakan tipe tanah yang kurus akibat kekurangmampuan tanah dalam menahan zat-zat makanan sebagai unsur hara dalam tanah karena sifatnya yang longgar pori-pori yang lebih besar, sehingga dapat dikatakan bahwa tanah pasir yang mendominasi kawasan pesisir ini termasuk tanah ringan, sehingga tidak cocok untuk ditanami. Namun, dalam aspek pertanian tanah pasir yang diolah dengan baik dan benar dengan dilakukannya pemupukan yang teratur dan sesuai dengan takaran tertentu misalnya dengan menggunakan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau, dan sebagainya). Pemupukan bertujuan untuk memberatkan tanah agar tidak mudah meloloskan air dan mampu menyerap hara tanah yang diperlukan tumbuhan untuk dapat hidup. Sedangkan untuk cekaman salinitas tanah pasir kawasan pesisir ini lebih ditekankan pada kamampuan sel-sel akar untuk mampu bertahan dalam keadaan salin (kadar garam yang tinggi).
Air tanah dengan pH yang relatif netral yang berada pada kedalaman sekitar 6 meter dengan jarak sekitar 50 hingga 100 meter mendekati garis pantai ini berpotensi sebagai air minum dan saluran irigasi untuk budidaya pertanian (padi). Hal ini menambah satu varietas tanaman yang mampu bertahan hidup pada keadaan cekaman tanah salin dengan kadar garam tinggi selain mangrove, yakni tanaman padi. Meskipun hanya padi varietas tertentu yang dapat bertahan dalam lahan pesisir dengan tekstur tanah loose yang mudah meloloskan air ini, namun temuan ini masih terus dilanjutkan mengingat sedikit sekali praktisi pertanian yang melirik kawasan ini untuk budidaya pertanian khususnya padi. Jika budidaya pertanian dengan varietas padi yang tahan cekaman tanah salin ini berhasil disosialisasikan dan ditemukan padi dengan pendekatan karakter/sifat yang sama dengan tanahnya, maka akan menambah satu lagi pemanfaatan lahan pesisir disamping manfaat-manfaat yang sudah ada namun belum maksimal seperti hamparan pasir yang hanya digunakan untuk menjemur tanaman enceng gondok yang berasal dari rawa untuk digunakan sebagai bahan baku kerajinan,
Kawasan pesisir pada dasarnya merupakan daerah yang potensial. Pemanfaatan kawasan pesisir antara lain sebagai tempat perkampungan nelayan (resor pemukiman), hotel, dan sarana rekreasi, wisata bahari, pariwisata alam untuk pendidikan dan penelitian seperti Bunaken, Kepulauan Seribu, dll.
Kondisi masyarakat pesisir yang cenderung didominasi oleh nelayan menjadikan masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif, dikemukakan oleh Suharti (2000), karena kondisi lingkungan yang panas dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang jamak di kalangan nelayan adalah hidup mereka yang lebih mendekati gaya hidup yang cenderung konsumtif. Hal ini merupakan salah satu permasalahan yang timbul di kawasan pesisir (dalam bidang sosial ekonomi).
Selain itu masalah lain yang dihadapi di wilayah ini adalah lebih dari 60% penduduk yang tinggal di wilayah pesisir membawa konsekuensi adanya eksploitasi sumber daya alam yang cukup tinggi. Kegiatan manusia di kawasan ini mempunya intensitas yang tinggi seperti industri, perbandaran, dan lainnya yang mampu memicu konflik penggunaan tanah antar satu dengan yang lainnya. Kemudian semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir bagi berbagai peruntukan, menimbulkan tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu semakin meningkat. Dengan meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang berada di sekitarnya.


Daftar Pustaka

AAK. 1973. Tanah dan Pertanian. Kanisius,Jogyakarta.

Prasita, Viv Djanat. 2001. Metode SIG dalam Perencanaan Regional Lanskap Kawasan Wisata Pesisir.http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/02201/viv_djanat.htm.(Diakses 20 November 2010).

Wikantika, Ketut. 2008. Fenomena Kawasan Pesisir. http://wikantika.wordpress.com/2008/04/30/fenomena-kawasan-pesisir/. (Diakses 20 November 2010).

Arifin, Hadi Susilo. 2008. Pengelolaan Kawasan Pesisir. http://hsarifin.com/uploads/files/Landscape_Mgt_Lecture_12_Coastal_and_Beach_Management.pdf(Diakses 20 November 2010).

Wahyudin, Yudi. 2008. Sistem Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Pesisir.

http://komitmenku.wordpress.com/2008/06/06/sistem-sosial-ekonomi-dan-budaya-masyarakat-pesisir/(Diakses 20 November 2010).

Prayitno,dkk.2000. rencana Srategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. http://www.crc.uri.edu/download/LAM_0001.PDF (Diakses 20 November 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.