Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Laporan Produksi Tanaman I (TP) - KEDELAI

Jumat, 09 Maret 2012

Laporan Produksi Tanaman I (TP) - KEDELAI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Budidaya kedelai pada tingkat petani di Indonesia, belum diusahakan pada suatu wilayah atau daerah yang memang dalam pewilayahannya diperuntukkan sebagai areal utama pertanaman kedelai, melainkan diusahakan dengan komoditas lain pada suatu pola tanam dimana kedelai sebagai komoditas tambahan. Kondisinya sangat berbeda dengan yang ada di negara penghasil kedelai dunia, seperti Amerika, disini kedelai di produksi di wilayah yang memang peruntukan utamanya bagi pengembangan kedelai, sehingga dipilih wilayah yang tanah dan iklimnya sangat sesuai untuk kedelai.
Kedelai di Indonesia biasanya dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apa pun. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biaya.
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Perbedaan system pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga.
Varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji di lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetic varietas dengan pengelolaan kondisi lingkungan tumbuh. Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas unggul tersebut tidak dapat tercapai.

1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung dan kedelai yang baik sesuai dengan kondisi tanah.

1.2.2 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman kedelai.
2. Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman kedelai yang baik sesuai dengan kondisi tanah.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sudadi (2007), kedelai (Glycine max (L.) Merril ) termasuk tanaman palawija yang mempunyai arti penting dan merupakan komoditas pertanian yang sangat penting, karena memiliki multi guna. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri seperti tempe, tahu, tauco, kecap,susu kedelai dan untuk keperluan industri pakan ternak.
Tanaman kacang-kacangan, termasuk tanaman kedelai, mempunyai dua stadia tumbuh, yaitu stadia vegetatif dan stadia reproduktif. Stadia vegetatif mulai dari tanaman berkecambah sampai saat berbunga, sedangkan stadia reproduktif mulai dari pembentukan bunga sampai pemasakan biji. Tanaman kedelai di Indonesia yang mempunyai panjang hari rata-rata sekitar 12 jam dan suhu udara yang tinggi (>30° C), sebagian besar mulai berbunga pada umur antara 5-7 minggu. Tanaman kedelai termasuk peka terhadap perbedaan panjang hari, khususnya saat pembentukan bunga (Hidayat, O. D. 2000 ).
Tanaman kedelai sangat cocok ditanam di lahan terbuka, yang terdapat di daerah berhawa panas. Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 1.200 m dpl. Suhu optimal bagi pertumbuhan tanaman kedelai ialah antara 23oC – 30oC. Curah hujan berkisar antara 120 – 200 mm/bulan, dengan lama penyinaran 12 jam/hari, dan kelembapan rata – rata (RH) 65%. Tanaman kedelai dapat ditanam pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi yang baik. Jenis tanah yang sangat cocok untuk menanam kedelai ialah alluvial, regosol, latosol, dan andosol. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah 6,0 – 6,8. Apa bila pH di atas 7,0, maka tanaman kedelai akan megalami klorosis sehingga tanaman menjadi kerdil dan daunnya menguning. Sementara, pada pH 5,0 kedelai mengalami keracunan Al, Fe, dan Mn, sehingga pertumbuhannya terganggu. Untuk menaikkan pH, dilakukan pengapuran misalnya dengan Kalsit (CaCo3), Dolomit (CAMG(CO3)2), atau kapur bakar. Pemberian kapur dilakukan sekitar 2 sampai 4 minggu sebelum tanam, bersamaan dengan pengolahan lahan (Fachruddin, 2000).
Batang kedelai yang masih muda setelah perkecambahan dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipokotil dan epikotil. Hipokotil adalah bagian batang dibawah keping biji yang belum lepas sampai ke pangkal batang, sedangkan epicotil adalah bagian batang yang berada diatas keping biji. Sistem pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate adalah tipe pertumbuhan pucuk batang yang jika tanaman telah berbunga pertumbuhan batangnya terhenti dan tipe indeterminate adalah pertumbuhan pucuk batang dapat terus berlangsung walaupun tanaman telah mengeluarkan bunga (Adisarwanto, 2005).
Menurut Prasastyawati, D. dan F. Rumawas (2000), tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Keberadaan Rhizobium japonicum di dalam tanah memang sudah ada karena tanah tersebut ditanami kedelai atau memang sengaja ditambahkan ke dalam tanah. Nodul atau bintil akar tanaman kedelai umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara pada umur 10 – 12 hari setelah tanam, tergantung kondisi lingkungan tanah dan suhu. Tanah dan iklim merupakan dua komponen lingkungan tumbuh yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman kedelai. Pertumbuhan kedelai tidak bisa optimal bila tumbuh pada lingkungan dengan salah satu komponen lingkungan tumbuh optimal. Hal ini dikarenakan kedua komponen ini harus saling mendukung satu sama lain sehingga pertumbuhan kedelai bisa optimal.
Teknik budidaya kedelai yang dilakukan sebagian besar petani umumnya masih sangat sederhana, baik dalam hal pengolahan tanah, pemupukan dan pemberantasan hama atau penyakitnya, sehingga produksinya masih relatif rendah.S ebagian besar petani tidak melakukan pengolahan tanah, terutama tanah bekas padi atau tebu. Tanah hanya dibersihkan dari jerami padi dan daun tebu, yang selanjutnya bibit kedelai ditebar atau ditugal terlebih dahulu untuk lubang untuk penanaman biji kedelai. Selain itu kualitas bibitnya kurang baik, sehingga produksinya relatif rendah. Dalam hal pemupukan, sebagian besar petani belum melakukannya secara intensif atau semi intensif. Tidak menggunakan pupuk sama sekali atau minim sekali jumlahnya. Demikian juga dalam hal pemberantasan hama penyakit dapat dikatakan kurang sekali, sehingga banyak kerugian atau rendahnya produksi akibat serangan hama penyakit (Rukmini, 2006).


BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Teknik Produksi Tanaman Kedelai ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 14 Oktober 2011 Pukul 14.00 WIB, di Agrotechno Park, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Cangkul
2. Tugal
3. Roll Meter
4. Tali rafia
5. Papan nama
6. Ayakan
7. Timba

3.2.2 Bahan
1. Benih jagung
2. Benih kedelai
3. Tanah
4. Pupuk Urea SP-36, KCL
5. Polibag (40 x 60)
6. Tanah kering angin

3.2.3 Cara Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
b. Menyiapkan media tanaman dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin
c. Mengambil sampel tanah kemudian dianalisi dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah
d. Memasukkan tanah sebanyak 10 kg kedalam polibag, untuk perlakuan dengan menambah BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air
e. Menanam benih jagung dan kedelai pada masing-masing perlakuan, sati lubag diisi 2 benih
f. Pemupukan SP-36 dan KCL serta penambahan BO sesuai dengan dosis anjuran dari analisi sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan
g. Melakukan pengamatan secara rutin.


DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, 2005. Proses Budidaya Tanaman Shorgum : Kedelai Edamame. Jurnal Pertanian Vol (3) : 124-126.

Fachruddin Lisdiana. 2000. Budidaya Kacang – Kacangan. Kanisius. Yogyakarta.

Hidayat, O. D. 2000. Morfologi Tanaman Kedelai. Hal 73-86. Dalam S.
Somaatmadja et al. (Eds.). Puslitbangtan. Bogor.

Prasastyawati, D. dan F. Rumawas. 2000. Perkembangan bintil akar
Rhizobium javonicum pada kedelai. Buletin. Agronomi. 21(1) : 4.


Rukmini, 2006. Budidaya dan Pemupukan yang Baik untuk Kedelai. Grafindo. Surabaya

Sudadi, dkk. 2007. Ketersediaan K dan Hasil Kedelai (Glycine max L. Merril) Pada Tanah Vertisol Yang Diberi Mulsa Dan Pupuk Kandang. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 7 No.1 (2007) p : 8-12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.