Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Tugas MK Penerapan Sistem Pertanian Berkelanjutan - Mekanisme Peningkatan Kestabilan Agroekosistem dari Berbagai Aspek

Sabtu, 05 Januari 2013

Tugas MK Penerapan Sistem Pertanian Berkelanjutan - Mekanisme Peningkatan Kestabilan Agroekosistem dari Berbagai Aspek

Agroekosistem yang merupakan suatu ekosistem pertanian dapat dikatakan produktif jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara, sinar matahari, kelembaban udara dan organisme-organisme yang ada, sehingga dihasilkan suatu pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan. Gangguan-gangguan terhadap agroekosistem tersebut dapat diatasi karena telah ada sistem yang dapat mengatasi atau mentoleransi adanya cekaman biotik dan abiotik yang ada. Dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kestabilan agoekosistem suatu lahan pertanian yang telah mengalami kerusakan akibat sistem pertanian yang tidak sesuai, banyak hal yang harus dilakukan. Oleh karena itu, dalam memulihkan kestabilan ekosistem yang mulai rusak, aspek sosial perlu dibenahi agar tujuan dari peningkatan agroekosistem itu tercapai. Tujuan dari kestabilan agroekosistem itu sendiri adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman budidaya dan meningkatkan hasil produksinya. Selain itu, stabilnya agroekosistem juga berdampak terhadap kelestarian lingkungan di sekitar area atau lahan pertanian.

Dari berbagai kegagalan sistem pertanian yang telah diterapkan selama ini, khususnya sistem pertanian konvensional. Perlu diadakan pembenahan agar agroekosistem dapat kembali pulih dan terjaga kelestariannya. Sistem pertanian berkelanjutan pun mulai diterapkan dengan harapan memberikan dampak positif bagi agroekosistem daerah pertanian di Indonesia. Salah satu aspek yang memberikan peranan besar terhadap peningkatan kestabilan agroekosistem pertanian yaitu aspek sosial, khususnya Sumber Daya Manusia (SDM). SDM sangat menentukan baik buruknya sistem pertanian yang diterapkan dalam lahan pertanian. Berkaitan dengan itu, pemerintah mengembangkan program pengendalian hama terpadu dengan melibatkan masyarakat tani melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). PHT didasarkan pada keseimbangan ekologi, siklus alami, pemanfaatan pestisida nabati, serta melalui pendekatan partisipatif.

Selain itu diintroduksikan pula Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT) untuk meningkatkan produksi padi dan daging nasional serta pendapatan petani (Saptana dan Astari, 2007). Selain itu, ada aspek teknologi yang harus diperhatikan untuk menciptakan agroekosistem yang sehat dalam pertanian berkelanjutan. Yaitu penggunaan pupuk kimia yang bijak sesuai dengan kebutuhan unsur hara oleh tanaman. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan linkungan akibat endapan bahan kimia yang tidak terabsorbsi oleh tanah dan tanaman dengan baik. Pemupukan nitrogen dengan dosis tinggi dapat menyebabkan peningkatan kerusakan berkelanjutan, kesuburan tanah yang dikelola secara biologis dan pengaturan populasi hama melalui keragaman hayati serta penggunaan input yang rendah. Untuk mencapai tujuan pertanian berkelanjutan, strategi yang dikembangkan adalah optimalisasi daur hara dalam tanah dan pengembalian bahan organik, konservasi air dan tanah serta keseimbangan populasi hama dan musuh alaminya. Strategi ini mengarah pada suatu pengaturan lanskap yang ada, sehingga didapatkan kemantapan fungsi dari keragaman hayati yang membantu dalam proses menuju agroekosistem yang sehat (Nurinda, 2006).


DAFTAR PUSTAKA

Nurinda. 2006. Pengelolaan Agroekosistem dalam Pengendalian Hama. Perspektif, Volume 5 Nomor 2 : 78 – 85

Saptana dan Ashari. 2007. Pembagunan Pertanian Berkelanjutan Melalui Kemitraan Usaha. Jurnal Litbang Pertanian 26 (4).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.