Onion Club - Onion Head - Onion-kun Catatan Kuliah Sang Adenz: Tugas MK Pemecahan Masalah Bidang Pertanian - Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Sistem Irigasi/Pengairan Pertanian Tradisional Ataupun Modern “DAS Bengawan Solo dan Irigasi Subak”

Senin, 07 Januari 2013

Tugas MK Pemecahan Masalah Bidang Pertanian - Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Sistem Irigasi/Pengairan Pertanian Tradisional Ataupun Modern “DAS Bengawan Solo dan Irigasi Subak”

ABSTRAK

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi “Gas Rumah Kaca” di atmosfer. Pemanasan ini akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia yang menyebabkan menimbulnya banjir dan erosi. Perubahan iklim berdampak pada penataan ruang sistem pertanian terutama pada sistem irigasi. Kenaikan temperatur rata-rata sejak 1850-1899 hingga 2001- 2005 adalah 0.760C dan muka air laut global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm/tahun dalam rentang waktu 40 tahun terakhir. Sistem irigasi adalah sistem pengairan untuk mengairi sawah agar tidak terjadi kekurangan air pada tanaman. Permasalahan yang dihadapi dari perubahan iklim adalah sistem irigasi didaerah.

Kata kunci : Pemanasan global, perubahan iklim, sistem irigasi


1. Pendahuluan

Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi “Gas Rumah Kaca” di atmosfer adalah penjelasan singkat dari apa yang selama ini kita sebut dengan “Pemanasan Global”. Pemanasan ini akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia yang menyebabkan menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan akibat kenaikan suhu. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim terjadi akibat aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) serta kegiatan lain yang berhubungan dengan hutan, pertanian, dan peternakan. Aktivitas manusia di kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu peningkatan kuantitas Gas Rumah Kaca secara global. Bukti sudah menunjukkan bahwa perubahan iklim sudah terjadi akibat pemanasan global. Rata-rata suhu bumi diprediksikan akan meningkat 1,5 sampai 3,5oC sampai abad ke 21 dan presipitasi meningkat sekitar ±20% dari tahun 1990. Bumi diperkirakan akan mengalami variabilitas presipitasi dimana meningkatnya curah hujan dengan intensitas yang tinggi dan sehingga bumi rentan akan banjir dan kekeringan. Banjir dan musim kemarau panjang merupakan dampak perubahan iklim tidak saja berpengaruh terhadap ketersediaan air dan kualitas air permukaan(Henny dan Triyanto, 2011).

Kenaikan temperatur rata-rata sejak 1850-1899 hingga 2001- 2005 adalah 0.760C dan muka air laut global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm/tahun dalam rentang waktu 40 tahun terakhir (1961-2003). Kenaikan total muka air laut yang berhasil dicatat pada awal abad 20 diperkirakan sebesar 17 cm. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kegiatan sosial-ekonomi manusia (antropogenik) memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan temperatur tersebut, sehingga tanpa upaya yang terstruktur dan berkesinambungan, dampak yang akan terjadi pada masa mendatang akan menjadi sangat serius. Perubahan Iklim dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) fenomena berikut :

1. Meningkatnya temperatur udara;
2. Meningkatnya curah hujan;
3. Kenaikan muka air laut;
4. Meningkatnya intensitas kejadian ekstrim yang diantaranya adalah :
‐ Meningkatnya intensitas curah hujan pada musim basah,
‐ Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir secara ekstrim,
‐ Berkurangnya curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau serta bertambah panjangnya periode musim kering,
- Menurunnya kualitas air pada musim kemarau,
‐ Meningkatnya intensitas dan frekuensi badai tropis,
‐ Meningkatnya tinggi gelombang dan abrasi pantai, dan
‐ Meningkatnya intrusi air laut.

Sistem irigasi adalah sistem pengairan untuk mengairi sawah agar tidak terjadi kekurangan air pada tanaman. Permasalahan yang dihadapi dari perubahan iklim adalah sistem irigasi yang perlu dikaji lebih dalam pada daerah atau persawahan. Sistem irigasi yang akan dibahas menyangkut pada Daerah Aliran Sungai atau DAS. Daerah Aliran Sungai merupakan sumberdaya air yang mengaliri sungai-sungai sehingga terdapat irigasi disetiap sawah karena adanya sistem DAS tersebut. Selain itu juga tentang masalah irigasi di Subak Bali.


2. Permasalahan

1. Permasalahan yang dihadapi DAS Bengawan Solo akibat perubahan iklim?
2. Pengaruh perubahan iklim terhadap sistem irigasi subak?
3. Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi permasalahan irigasi subak dan DAS Bengawan Solo?


3. Pembahasan

Pengelolaan irigasi hakekatnya adalah sebuah sistem yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya menurut jenjang daerah irigasi. Semakin tinggi jenjangnya, semakin luas jangkauannya dan semakin luas pula berbagai pihak yang berkepentingan terhadap keberadaan sumberdaya air yang ada di sana. Berikut adalah ilustrasi yurisdiksi sistem irigasi dalam sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS): Pengertian daerah aliran sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa (regime) sungai yang menjadi alur pengatus (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan dengan istilah dalam bahasa inggris drainage basin, drainage area, atau river basin. Sehingga batas DAS merupakan garis bayangan sepanjang punggung pegunungan atau tebing/bukit yang memisahkan sistim aliran yang satu dari yang lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah (catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang berada di bawah daerah tadah. Optimalisasi penggunaan lahan di Kawasan DAS Bengawan Solo merupakan hasil simulasi guna lahan dengan menggunakan pemodelan hidrologi dan geologi lingkungan. Beberapa kondisi di DAS Bengawan Solo berdasarkan pemodelan tersebut adalah sebagai berikut : 

• Perubahan lahan hutan menjadi perkebunan, ladang, sawah, dan permukiman yang terjadi di DAS Bengawan Solo menimbulkan puncak dan volume banjir yang semakin besar;
• Besarnya banjir dari anak-anak sungai tergantung juga dari jenis tanah selain dari perubahan fungsi lahan dan karakteristik hidrologi seperti kemiringan dan panjang sungai;
• Daerah yang rentan terhadap pertambahan banjir adalah sub-sub DAS yang mengandung jenis tanah berkemampuan meresapkan air ke dalam tanah cukup tinggi (daerah resapan);
• Sub-sub DAS dengan alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan, ladang, sawah, dan permukiman terjadi pada sebagian besar kawasan sehingga menimbulkan pertambahan puncak dan volume banjir lebih dari 100%;
• Sub-sub DAS dengan dominasi jenis tanah kurang mampu meresapkan air (kemampuan melewatkan air di permukaan tanah cukup tinggi) biasanya rentan terhadap perubahan fungsi lahan seperti diketemukan pada bagian hulu sub-DAS Kali Madiun dan sebagian besar sub DAS Bengawan Solo Hilir;
• Perubahan guna lahan mempengaruhi tinggi rendahnya debit puncak dan volume banjir.
• Komposisi guna lahan seperti sekarang menimbulkan puncak dan volume banjir makin besar dibandingkan dengan guna lahan sebelumnya di tahun 1964 untuk sub DAS Bengawan Solo Hilir;
• Pengembalian fungsi konservasi hutan pada beberapa kawasan akan memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap pengurangan debit puncak dan volume banjir apabila dikombinasikan dengan penerapan Low Impact Development (LID);

Beberapa kondisi di Kawasan DAS Bengawan Solo berdasarkan pemodelan perubahan iklim tersebut yaitu :

• Hujan di kawasan DAS Bengawan Solo mengakibatkan banjir cenderung bertambah besar;
• Hujan tahunan yang cenderung berkurang disertai dengan alih fungsi lahan mengakibatkan aliran air di musim kemarau berkurang sehingga intensitas kekeringan bertambah besar;
• Untuk 30 tahun mendatang, perubahan iklim akan mengakibatkan banjir bertambah 50% dan perubahan guna lahan akan mengakibatkan banjir bertambah 53%;
• Jika proses perubahan iklim terjadi saat perubahan guna lahan, maka puncak dan volume banjir akan bertambah sebesar 135%.

Pengaruh perubahan iklim terhadap sistem irigasi subak

Sistem subak merupakan suatu warisan budaya Bali yang berupa suatu sistem irigasi yang mengatur pembagian pengelolaan airnya yang berdasarkan pada pola-pikir harmoni dan kebersamaan yang berlandaskan pada aturan-aturan formal dan nilai-nilai agama. Pengelolaan sistem irigasi konvensional cenderung hanya berdasarkan pada konsep-konsep efisiensi berdasarkan aturan-aturan formal, dengan pola pikir ekonomik. Sementara itu, konsep-konsep efektivitas, nilai-nilai religi, dan pengelolaan sistem irigasi yang berlandaskan harmoni dan kebersamaan, ditata secara baik dan fleksibel pada sistem subak di Bali ini. Untuk memperoleh penggunaan air yang optimal dan merata, air yang berlebihan dapat dibuang melalui saluran drainasi yang tersedia pada setiap komplek sawah milik petani. Sementara itu, untuk mengatasi masalah kekurangan air yang tidak terduga, mereka melakukannya dengan cara-cara seperti :
1. Saling pinjam meminjam air irigasi antar anggota subak dalam satu subak, atau antar subak yang sistemnya terkait.
2. Melakukan sistem pelampias, yakni kebijakan untuk memberikan tambahan air untuk lahan sawah yang berada lebih di hilir. Jumlah tambahan air ditentukan dengan kesepakatan bersama.
3. Melakukan sistem pengurangan porsi air yang harus diberikan pada suatu komplek sawah milik petani tertentu, bila sawah tersebut telah mendapatkan tirisan air dari suatu kawasan tertentu di sekitarnya.
4. Jika debit air irigasi sedang kecil, petani anggota subak tidak dibolehkan ke sawah pada malam hari, pengaturan air diserahkan kepada pengurus Subak.

Kelemahan paling menonjol dari sistem irigasi tradisional adalah ketidakmampuannya untuk membendung pengaruh luar yang menggerogoti artefaknya, yang terwujud dalam bentuk alih fungsi lahan, sehingga eksistensi sistem irigasi tradisional termasuk didalamnya sistem subak di Bali menjadi terseok-seok.

• Musim kemarau yang berkepanjangan dan musim penghujan yang tidak menentu akibat perubahan iklim dan pemanasan global. Hal ini berdampak terhadap jenis padi yang ditanam oleh petani. Jenis padi lokal membutuhkan waktu untuk dipanen enam bulan sekali, berarti waktu yang cukup lama dan membutuhkan air yang banyak. Ketidakpastian musim penghujan jelas akan mempengaruhi pemilihan jenis padi yang ditanam.
• Keterbatasan pasokan air. Saat ini pasokan air digunakan bukan saja untuk domestik dan irigasi pertanian, tetapi juga untuk keperluan non pertanian seperti industri pariwisata yang banyak membutuhkan air bersih. Akibatnya pasokan air untuk lahan pertanian menjadi berkurang.


4. Hasil dan Diskusi Dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk mengantisipasi penyimpangan iklim, langkah-langkah umum yang dapat dilakukan diantaranya :

(1) melakukan pemetaan daerah-daerah yang sensitif terhadap penyimpangan iklim terutama akibat fenomena ENSO,
(2) meningkatkan kemampuan peramalan dan memanfaatkan prakiraan iklim sehingga langkah antisipasi dapat dilakukan lebih awal, khususnya pada daerah-daerah yang rawan, dan
(3) menerapkan teknologi budidaya (dalam bidang pertanian) yang dapat menekan risiko terkena dampak kejadian puso/gagal panen. Selain itu, berbagai langkah antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dampak penyimpangan iklim terhadap bencana banjir dan kekeringan pada sektor pertanian telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat antara lain :

• Pembuatan waduk untuk menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir dan memanfaatkannya untuk irigasi atau lainnya pada saat kekurangan air (kekeringan).
• Pembuatan embung mulai dari hulu hingga hilir. Embung ini dapat dimanfaatkan untuk :
a) Mengurangi dan atau meniadakan aliran permukaan (run off)
b) Meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga meningkatkan cadangan air tanah, kandungan air tanah disekitar embung tetap tinggi dan untuk daerah dekat pantai dapat digunakan untuk menekan intrusi air laut.
c) Mencegah erosi
d) Menampung sedimen dan sedimen tersebut mudah diangkut karena ukuran embung yang relatif kecil.
e) Sebagian air embung dapat digunakan sebagai cadangan pada musim kemarau.
• Memilih tanaman yang sesuai dengan pola hujan, misal: menggunakan tanaman atau varietas yang tahan genangan, tahan kering, umur pendek dan persemaian kering; kombinasi tanaman, sehingga kalau sebagian tanaman mengalami puso, yang lainnya tetap bertahan dan memberikan hasil.
• Melakukan sistem pertanian konservasi seperti terasering, menanam tanaman penutup tanah, melakukan pergiliran tanaman dan penghijauan DAS (Daerah Aliran Sungai).
• Pompanisasi dengan memanfaatkan air tanah, air permukaan, air bendungan atau checkdam, dan air daur ulang dari saluran pembuangan.
• Efisiensi penggunaan air seperti gilir iring dan irigasi hemat air.
1. Perbaikan dan pemeliharaan jaringan pengairan di tingkat usaha tani.
2. Memberi bantuan penanggulangan seperti : benih, pompa air, arakton.
3. Upaya-upaya khusus lain seperti gerakan percepatan tanam dan pengolahan tanah.

Perlu adanya penanganan terhadap Daerah Aliran Sungai dimulai dari penambahan pohon di sekitar DAS sehingga ada penahan air untuk menjaga kelestarian lingkungan. Mengatur alih fungsi lahan agar dapat mengurangi dampak perubahan iklim, karena perubahan iklim disebabkan karena berkurangnya tanaman terutama pohon tahunan sehingga penyerapan unsur karbon dioksida berkurang menyebabkan timbulnya masalah gas rumah kaca. Hutan mempunyai peranan penting dalam mengkonservasi DAS. Dengan semakin berkurangnya hutan, maka timbul berbagai masalah dalam pengelolaan DAS, karena hutan mempunyai sifat :
• Meredam tingginya debit sungai pada musim hujan, dan berpotensi memelihara kestabilan aliran air sungai pada musim kemarau
• Mempunyai serasah yang tebal sehingga memudahkan air meresap ke dalam tanah dan mengalirkannya secara perlahan ke sungai. Selain itu, lapisan serasahnya juga melindungi permukaan tanah dari gerusan aliran permukaan sehingga erosi pada tanah hutan sangat rendah.
• Mempunyai banyak pori makro dan pipa di dalam tanah yang memungkinkan pergerakan air secara cepat ke dalam tanah. Karena sifat-sifat hutan yang menguntungkan tersebut, maka hutan perlu dipertahankan. Apabila hutan sudah terlanjur dibuka (terutama pada bagian DAS yang peka erosi), penggunaan lahannya perlu diusahakan supaya mendekati bentuk hutan. Sistem agroforestri pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan berbagai fungsi hutan.


4. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengelolaan irigasi hakekatnya adalah sebuah sistem yang tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya menurut jenjang daerah irigasi.
2. Permasalahan yang timbul akibat perubahan iklim terlihat pada DAS bengawan Solo dan Irigasi Subak.
3. Musim kemarau yang berkepanjangan dan musim penghujan yang tidak menentu akibat perubahan iklim dan pemanasan global.
4. Penanganan irigasi dimulai dari penghijauan Daerah Aliran Sungai untuk mengatasi masalah air.
5. Terdapat banyak solusi yang dapat ditawarkan untuk menangani masalah irigasi salah satunya memanfaatkan informasi dan prakiraan iklim untuk memberikan peringatan dini dan rekomendasi pada masyarakat.


Daftar Pustaka

BKPRN (Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional). 2011. Penanganan DAS Bengawan Solo di Masa Datang. Buletin Tata Ruang

Henny,C dan Triyanto. 2011. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Kualitas Air Danau Galian Tambang di Pulau Bangka. Prosiding Nasional Ekohidrologi

Sutrina. 2011. Sistem Subak sebagai Sistem Irigasi Masa Depan. http://indone5ia.wordpress.com/2011/07/17/sistem-subak-sebagai-sistem-irigasi-masa-depan/. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012

Anonim. 2005. Bebas Banjir. http://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-dasar/mimpi-tentang-das-ciliwung/. Diakses pada tanggal 10 Desember 2012

Yanto,H. 2009. Upaya Pemberdayaan Masyarakat Irigasi Pertanian. Makasar: Tugas Akhir

1 komentar:

  1. Casinos Near Casinos in New Jersey - MapYRO
    Find Casinos Near Casinos Near 의왕 출장안마 Casinos in New Jersey in 2021. 김천 출장안마 Casinos Near Casinos. Search the map for Casinos closest to a casino 전주 출장샵 in New Jersey with 안동 출장마사지 mapy 대전광역 출장마사지

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung ke Blog ini.